Kuliah Umum PKSN XI, Tiga Kecerdasan Manusia tak Bisa Digantikan AI dan Mesin
Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) menyelenggarakan Perayaan Hari Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) XI di Medan.
Penulis: Truly Okto Hasudungan Purba | Editor: Truly Okto Hasudungan Purba
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) menyelenggarakan Perayaan Hari Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) XI di Medan sejak 5 hingga 11 Juni 2024 di Medan.
Beragam kegiatan digelar untuk memeriahkan pelaksanaan PKSN XI tersebut. Satu diantaranya adalah Kuliah Umum PKSN XI dengan tema “Kecerdasan Artifisial dan Kebijaksanaan Hati: Menuju Komunikasi yang Sungguh Manusiawi” di Kampus Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas, Kamis (6/6/2024) lalu.
Uskup Agung Keuskupan Agung Medan (KAM), Mgr. Kornelius Sipayung, OFM. Cap, dalam sambutan pembukaannya mengatakan, setiap minggu ketujuh pada masa Paskah ditetapkan sebagai minggu komunikasi sosial sedunia. Tema PKSN XI ini merupana pesan dari Bapa Suci Paus Fransiskus
“Mari kita renungkan pesan Bapa Fransiskus. Pesan seperti ini setiap tahun disampaikan Bapa Fransiskus. Mari kita coba setiap tahun merenungkan pesan ini dan memanfaatkan media komunikasi sosial dengan bijak dengan perantaraan Tuhan Yesus Kristus,” katanya, Kamis (6/6/2024).
Sementara itu, Rektor Unika Santo Thomas, Prof Maidin Gultom pada kesempatan tersebut mengajak semua pihak untuk merenungkan pesan Paus Fransiskus dan menerapkannya pada setiap langkah.
Menurutnya, segala bentuk refleksi harus dimulai dari hati. Jika tidak, maka risikonya adalah manusia bisa kaya di bidang teknologi, tetapi miskin dalam kemanusiaaan. Maidin menegaskan, refreksi dari hati adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap langkah kemajuan teknologi membawa manfaat yang nyata bagi kemanusiaan.
“Mari kita bersama-sama memanfaatkan kecerdasan aritifisial untuk membangun komunikasi yang lebih manusiawi, di mana teknologi dan hati nurani berjaklan beriringan. Mari kita pastikan bahwa setiap inovasi teknologi didasari oleh nilai-nilai moral dan etika yang kuat agar kita menciptakan masyarakat yang adil sejahtera dan manusiawi,” katanya.
Sementara itu, Prof Eko Indrajit dalam paparannya mengatakan, manusia telah diberikan budi pekerti dan kecerdasan dalam membuat teknologi yang cepat dan akurat. Salah satunya adalah kecerdasan artifisial (AI). AI adalah teknologi termutakhir yang saat ini menjadi pembicaraan dan telah menunggu di depan teknologi lain yang semakin dahsyat dan mencengangkan.
“Tahun depan mungkin ada lagi yang lebih dahsyat dari AI. Sekarang ini pun sudah ditanam chip di otak manusia dan semuanya sudah ada di kepala kita. Seseorang yang tadinya tak bisa menyetir, sekarang sudah bisa menyetir. Seseorang yang tadinya tak jago Matematika, sekarang sudah jago Matematika. Ke depan, bakal ada juga yang namanya quantum computing di mana yang baru dipikirkan, tapi sudah terjadi. Artinya teknologi akan terus berkembang,” kata Prof Eko.
Prof Eko menjelaskan, pada prinsipnya, AI telah menjadi teknologi yang memungkinkan komputer atau mesin untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Artinya mampu belajar dari pengalaman, mengenali pola, membuat keputusan dan melakukan berbagai aktivitas yang dapat disesuaikan dengan tugas berbeda.
Namun, Prof Eko menegaskan, dari kecerdasan yang marak saat ini, ada lima kecerdasan yang dapat digantikan AI dan mesin yakni: kecerdasan logis matematika, kecerdasan linguisti, kecerdasan ruang visual, kecerdasan motorik, dan kecerdasan musik. Sedangkan tiga kecerdasan lain yakni: interpersonal, intrapersonal, dan naturalis tidak bisa digantikan AI atau mesin.
Baca juga: Keuskupan Agung Medan Bekali Umatnya dengan Pendidikan Politik Menyongsong Tahun Politik 2024
Tiga kecerdasan inilah, kata Pro Eko yang dimiliki pribadi manusia. Artinya yang bisa diambil alih AI dan mesin kebanyakan ada di otak dan otot. Contohnya adalah robot. Sedangkan yang tidak bisa diambil alih adalah yang dimiliki manusia yakni hati.
“Bapa Paus tahu ini dari dulu, makanya ada istilah mendengarkan dengan hati dan berbicara dengan hati. Pakai AI dengan kebijaksanaan hati. Karena hati tidak bisa direplikasi dengan mesin. Yang tidak pernah bisa dimiliki oleh mesin adalah hati. Makanya Bapa Bapa Paus menyandingkan otak dengan hati. Otak direplikasi oleh teknologi, tapi hati manusia tidak bisa. Pesan Bapa Paus mengajak kita untuk: cerdas dengan teknologo dan bijak karena hati,” katanya.
Ketua Panitia PKSN, Romo Marihot Simanjuntak Pr menyampaikan, kegiatan sudah disusun sedemikian rupa dan menyertakan berbagai pihak di dalamnya. Mulai dari kehadiran para mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral, guru-guru Katolik, pasangan suami istri, Sekami, para biarawan dan biarawati, penyiar Radio Maria Indonesia, dan anggota komsos paroki serta umat dari berbagai paroki sekitar kota Medan.
“Akan ada seminar, pelatihan atau workshop, rekoleksi pasutri, lomba-lomba, kunjungan budaya. Mulai dari pembukaan sampai penutupan, akan dilibatkan ribuan peserta,” ujar Ketua Komsos Keuskupan Agung Medan ini. (top/Tribun-Medan.com)
Ketua Komsos Keuskupan Agung Medan
Keuskupan Agung Medan
Universitas Katolik Santo Thomas (UNIKA) Medan
| Uskup Emeritus Pius Datubara Wafat, Semasa Hidup Dikenang Sebagai Pendoa yang Baik Hati |
|
|---|
| Hanya Papan Bunga Duka Kiriman Wong Chun Sen di Keuskupan Agung Medan: Paus Adalah Teladan Kita |
|
|---|
| PUKAT KAM Cetak Sejarah! Petani Padi Sukses Panen 4 kali Setahun |
|
|---|
| Universitas Katolik Santo Thomas Komitmen Jaga Kondusifitas Kampus dan Cegah Keributan Tidak Meluas |
|
|---|
| Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota No 04 Yan Santoso-Irwan Sambangi Keuskupan Agung Medan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/PKSN-Komsos-KAM.jpg)