Gerakan Literasi Sikkola Rakyat, Beri Wadah Belajar di Desa bagi Anak-anak

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Memberikan wadah pendidikan bagi masyarakat pinggiran, Sikkola Rakyat membawa misi tersebut dengan menyusuri desa-desa marginal yang masalah sosio-ekonominya kerap terpinggirkan.

Sikkola Rakyat merupakan sebuah wadah pengabdian untuk pendidikan non formal.

Bahkan tak hanya bergerak mengajari anak-anak, Sikkola Rakyat juga aktif dalam pemberdayaan masyarakat.

Mereka mengawali gerakan ini dengan para punggawa yang merupakan anak-anak muda di Medan.

Berawal dari fenomena banyak anak-anak yang sudah sekolah namun tak dapat membaca dengan baik

Nama Sikkola Rakyat diambil dari bahasa Batak.

"Sikkola" yang artinya "Sekolah" dan "Rakyat" yang juga memiliki arti yang sama.

"Gerakan kami mulanya di salah satu desa di Polonia yang kami rasa butuh perhatian khusus. Di sana kami menemukan banyak masalah-masalah sosial, penyakit-penyakit masyarakat, dan terlebih ada masalah dalam sektor ekonomi," kata Andre selaku founder Sikkola Rakyat.

Namun, yang paling kontras adalah mereka melihat betapa nyatanya masalah pendidikan di sana.

Mereka menemukan ada beberapa anak yang sudah kelas tinggi namun tak bisa baca, tulis, dan hitung.

"Hal tersebut menjadi masalah serius dan harus mendapat perhatian lebih lanjut. Berangkat dari masalah pendidikan ini, Sikkola Rakyat terjun dan menyisir daerah tersebut. Kami dorong dengan program-program yang akan dirancang," lanjutnya.

Andre yang juga merupakan leader Sikkola Rakyat menyebutkan kini sudah berdiri 3 rumah belajar dibawah naungan Sikkola Rakyat.

Terletak di beberapa daerah yakni di Starban, kemudian Bandar Khalifah, dan terakhir di Jalur Hijau dekat Unimed.

"Di masing-masing rumah belajar Sikkola Rakyat kini ada sekitar 30 sampai 40 anak. Kalau ditotal, sekarang kami telah membina lebih dari 100 orang anak," ungkapnya.

Andre menjelaskan jika Sikkola Rakyat merupakan gagasannya yang pernah diperlombakan.