Berita Medan
Film Perik Sidua-dua, Perkenalkan Objek Wisata Gundaling Dulu dan Kini
Beliau adalah Tokoh Masyarakat Karo yang yang mendunia sebagai pengusaha sukses di bidang pengeboran minyak dan kontraktor.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
"Dari sinilah kita mengetahui bagaimana orang-orang Belanda sudah memperhitungkan tata ruang dan estetika Kawasan Gundaling," ungkapnya.
Tidak heran bila kita menemukan beberapa catatan lama sekitar tahun 1930-an yang menguraikan tentang rancangan KPM Line; Perusahaan Pelayaran dan Perjalanan di Belanda yang hendak mensinergikan Batavia, Bengkulu, Minangkabau, Nias, Danau Toba dan Dataran Tinggi Karo sebagai Destinasi Wisata Prioritas.
Sejak 1886, Dataran Tinggi Karo sudah dilirik VOC yang dirintis NZG Belanda.
Kemudian jalanan aspal dari Medan ke Berastagi mulai dirintis pembangunannya oleh Josepz Theodore Cremer, manajer N.V. de Deli Maatscahapiij yaitu Perusahaan perkebunan terbesar di Sumatera Timur pada awal abad 20.
Cremer juga yang menggagas penyaluran air bersih ke Medan yang bersumber dari Umbul air Lau Kaban Sibolangit (posisinya sekarang di tikungan PDAM Tirtanadi) pada tahun 1908.
Bukan itu saja, para investor perusahaan asing pun di awal abad 20 sampai pertengahan abad banyak yang tergiur membangun infrastruktur pariwisata di tanah Karo.
Sebut saja, misalnya: Senembah Tobacco Mij, Wingfood, RCMA, Horrison and Crosfield, Deli Spoorweg Mij, Medan Municipality, HAPM, Deli Batavia Mij, Anglo Dutch Association, Deli Tobacco Mij, BPM, Gunteal and Schumaker, SIPEF, Netherland Handel Mij, Soe Finders and Couth House, dan lain-lain.
Akhirnya, Belanda membangun bandara udara di jalan Udara, Berastagi untuk mewujudkan ambisi mereka menajdikan tanah Karo sebagai Wisata Taman Gunung Api dengan iklim trofis bertaraf internasional.
“Seingat saya, bandara udara yang dibangun kolonial itu masih ada di tahun 1960-an. Ini bukti betapa seriusnya orang-orang Belanda memajukan wisata tanah Karo ini. Entah apa alasan pemerintah menghentikan operasional bandara. Ini kan bisa mempercepat perjalanan wisatawan juga kepentingan lainnya. Contoh, bila bandara itu masih ada, ketika terjadi letusan Sinabung sampai 10 tahun, bandara udara ini dapat dimanfaatkan untuk penyaluran bantuan atau kebutuhan yang darurat. Kalian sebagai generasi muda, coba buat terobosan-terobosan yang bisa memaksimalkan potensi wisata yang beragam di Karo, bukan hanya Gundaling,” tambah Barata Sembiring Brahmana kepada Tim Produksi Film Layar Lebar Dari Tongging Turun Ke Hati “Perik Sidua-dua”.
Gegeh Persada Film memproduksi Film Layar Lebar dengan judul Dari Tongging Turun Ke Hati 'Perik Sidua-dua' berangkat dari lagu karya Rahmatsys Barus berjudul Perik Sidua-dua.
Film ini mengeksplor destinasi-destinasi wisata tanah Karo, mempercayakan film perdana yang diproduksi kepada sumber daya manusia dari Sumatera Utara, terutama Masyarakat Karo.
Film ini diproyeksikan sebagai rahim aktor, sutradara, DOP, art director dan komponen perfilman lainnya.
"Jadi, selain menciptakan karya berkualitas, momen ini juga dikelola untuk perkembangan pariwisata Karo,” kata Benson Kaban selaku produser film didampingi Agus Susilo, selaku Sutradara, Rabu (20/12/2023).
Film ini akan melahirkan sejarah baru dunia perfilman Sumatera Utara. Akan menciptakan ekosistem perfilman yang kuat ke depannya.
"Namun yang paling istimewa, Film ini dapat digunakan sebagai media menjelaskan secara intim pada dunia, bahwa terdapat ekosistem geokultur wisata di tanah Karo yang standarnya level Internasional," ungkapnya.
(cr26/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Barata-Sembiring-Brahmana-yang-memerankan-Mr-Schmidtz.jpg)