Tribun Wiki
Tradisi Martondi Hau Masyarakat Batak Toba yang Mulai Punah
Masyarakat Batak Toba dahulunya mengenal sebuah tradisi bernama martondi hau. Tradisi ini berhubungan dengan kelestarian alam
4. Menghindari pohon kecil yang rusak tertimpa oleh pohon yang akan ditebang.
5. Setelah pohon tersebut roboh, lalu dihoras-horasi dengan meletakkan itak gurgur di tungkul bekas penebangan.
Setelah pohon tumbang, batang kayu akan dibiarkan beberapa saat untuk mengeringkan getahnya.
Sambil menunggu getahnya kering, masyarakat dan datu akan makan bersama dengan lauk ayam pinadar.
Baca juga: Tradisi Meraleng Tendi pada Suku Pakpak, Ritual Penjemput Semangat
Setelah itu, para laki-laki kemudian menggotong kayu untuk dibawa ke kampung, dan para ibu-ibu berjalan mundur sambil mangkirapi dan menyerukan “hinsat….hinsaaat”, lalu mengibaskan ulosnya.
Biasanya pada bagian depan kayu diletakkan bonang manolu ‘benang tiga warna; hitam, putih dan merah’.
Hingga kini, ritual martondi jau sudah mulai punah di Tanah Batak.
Padahal, ritual ini didasari akan pentingnya keseimbangan alam dalam kelestarian hutan.
Orang Batak Toba yang meyakini bahwa setiap benda pada dasarnya memiliki roh.
Saat benda itu akan digunakan atau diolah, dilakukan lebih dulu ritual, sehingga maksud dan tujuan akan tercapai dan masyarakat terhindar dari musibah.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Kayu-Kapur-di-Pakpak-Bharat-Dilestarikan.jpg)