Tribun Wiki
Situs Kota Rentang Hamparan Perak yang Terabaikan dari Catatan Sejarah
Satu kawasan di Kecamatan Hamparan Perak bernama Kota Rantang atau Kota Rentang punya perjalanan sejarah menakjubkan. Sayang, minim catatan sejarah
Selat Malaka merupakan jalur perdagangan laut yang ramai dalam rentang waktu yang panjang (mulai abad permulaan masehi hingga abad ke-19).
Perdagangan melalui laut memanfaatkan kemajuan teknologi pelauaran melalui penggunaan perahu-perahu dagang beretonase besar dengan memanfaatkan navigasi angin muson.
Selat Malaka merupakan jalur sutera laut yang pada awalnya merupakan jalur perdagangan alternatif setelah jalur sutera darat yang menghubungkan Cina dengan daerah India. Seiring dengan perjalanan waktu serta perkembangan teknologi pelayaran, Selat Malaka menjadi jalur perdagangan utama menuju daerah penghasil rempah-rempah, kapur barus, emas, kayu cendana, maupun barang niaga lainnya di wilayah Nusantara.
Pasca kejatuhan Kota Rentang pada akhir abad ke 13, maka berdirilah Kota Rantang yang berada di Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.
Kota Rentang diyakini merupakan bandar yang super sibuk karena percis berada di samping sungai Dalu yang bermuara ke laut Belawan.
Pada akhirnya kota ini jatuh atas gempuran pasukan Aceh dan menyingkir ke daerah Delitua di sebelah Timur Kota Medan.
Dari sana, lintasan peradapan tua kota Medan menjadi punah selama-lamanya dan hanya dapat direkontruksi dengan melakukan penelitian berkesinambungan sehingga tautan antar periodeisasi sejarah dapat dibentangkan.
Itulah ulasan sejarah yang diunggah Erond L. Damanik, M. Si, peneliti dari Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan, di laman History of Fun.
Suku Banjar
Pada laman repositori.usu.ac.id disebutkan, bahwa di Desa Kota Rantang ini ada bermukim masyarakat suku Banjar.
Suki Banjar merupakan suku asli dari Pulau Kalimantan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk do Desa Kota Rantang, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang.
Suku Banjar ini konon didatangkan langsung dari tempat asalnya di Pulau Kalimantan ke wilayah perkebunan.
Mereka dipekerjakan di perkebunan dan mulai membangun sebuah bangsal serta perumahan di perkebunan.
Menurut laman repositori.usu.ac.id itu, fakta ini dapat dilihat dari bentuk atap rumah yang dahulunya banyak terbuat dari anyaman dain nipah dan aren.
Masyarakat suku Banjar sangat mahir soal anyaman ini.
Sehingga, diyakini bahwa kini masih ada keturunan orang-orang Banjar di Desa Kota Rantang.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
| Komjen Suyudi Ario Seto, Pati Polri Duduki Jabatan Sipil, Sempat Digadang Sebagai Calon Kapolri |
|
|---|
| Profil Mayjen TNI Agustinus Purboyo, Danseskoad Akmil 92 dari Kavaleri Jebolan King's College London |
|
|---|
| Profil Rizky Ridho, Kapten Persija Jakarta Puncaki Nominasi FIFA Puskas Award 2025 |
|
|---|
| Profil Karim Adeyemi, Pemain Dortmund yang Jadi Incaran Juventus |
|
|---|
| Profil Bambang Pujo Sumantri, Eks Pelatih Malang United Kini Nakhodai Persiku Kudus |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ilustrasi-situs-kota-rentang.jpg)