Tribun Wiki

Situs Kota Rentang Hamparan Perak yang Terabaikan dari Catatan Sejarah

Satu kawasan di Kecamatan Hamparan Perak bernama Kota Rantang atau Kota Rentang punya perjalanan sejarah menakjubkan. Sayang, minim catatan sejarah

Editor: Array A Argus
INTERNET
Ilustrasi situs Kota Rentang atau Kota Rantang 

Asumsi juga dikuatkan dengan analisa terhadap temuan arca Budha, dilihat dari segi ikonografi menunjukkan kesamaan dengan gaya India Selatan (Tanjore) yang berasal abad ke 12-13 M (Suleiman, 1981).

Analisa terhadap temuan kerami menunjukkan bahwa sebagian bersar keramik yang ditemukan di situs Kota Rentang berasal dari abad ke 12-14 M.

Jenis keramik yang paling banyak ditemukan di situs Kota Rentang adalah jenis Celadon (green-glazed), yakni jenis keramik yang memiliki ciri-ciri umum berwarna hijau dengan bahan dasar utama stoneware.

Puncak masa keemasan celadon adalah pada masa dinasti Sung abad ke 11-12 M, diproduksi masal untuk memenuhi kebutuhan perdagangan dan eksport. (Ambary, 1984:66).

Jenis keramik lainya keramik Chingpai (white glaze wares), yang merupakan jenis keramik yang bahan dasarnya menggunakan stoneware dengan glasir warna putih/bening yang dihasilkan dari mineral silica yang kadang mengalami efek samping dari pembakaran pada suhu yang tinggi berupa retakan halus pada permukaan wadah yang sering disebut pecah seribu.

Keramik Chingpai diproduksi pada masa dinasti Sung hingga Dinasti Yuan berkisar abad 12 hingga akhir abad ke 14.

Di situs Kota Rentang juga terdapat keramik Te Hua wares yakni jenis keramik yang mirip dengan keramik Chingpai, perbedaannya pada tingkat kekasaran perekat bahan serta kurang baiknya proses pembentukan akhir.

Keramik ini banyak diproduksi pada dinasti Yuan sekitar abad 14. (Ambary, 1984: 69).

Jenis lainnya adalah Coarse stone wares, adalah jenis keramik yang masih kasar dalam proses pembentukannya sehingga butiran pada bahan dasar yang berupa stoneware masih nampak, yang memberi kesan kasar bada bagian badan wadah.

Temuan arkeologis situs Kota Rentang membuktikan bahwa masa lalu sudah berlangsung lama.

Dahulu daerah ini difungsikan sebagai salah satu pusat niaga di pesisir timur Pulau Sumatera.

Kontak pelayaran dan perdagangan mempertemukan masyarakat pedalaman–yang menghasilkan berbagai komoditas yang diperlukan pendatang dari berbagai penjuru dunia–dengan kelompok masyarakat pedagang dari luar Sumatera.

Berbagai kebutuhan masyarakat setempat juga dipenuhi oleh pedagang-pedagang yang datang membawa berbagai barang.

Sisa dari sebagian aktivitas itulah yang ditemukan dalam kegiatan arkeologis yang dilakukan di sana dan kelak menjadi sarana penggalian informasi.

Aktifitas hubungan dagang melalui jalur laut secara khusus serta aktivitas maritim secara umum di pesisir timur Pulau Sumatera, tidak dapat dipisahkan dari letak strategis lokasi situs yang menghadap ke Selat Malaka.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved