Balai Bahasa Sumut Uji Keterbacaan 22 Buku Bacaan Anak Berbahasa Daerah

Hidayat Widiyanto menyampaikan, ini merupakan bagian dalam tahapan penyediaan buku terjemahan yang disediakan balai bahasa

TRIBUN MEDAN/HUSNA
Balai Bahasa Sumatera Utara menggelar uji keterbacaan buku bacaan anak berbahasa daerah. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara (BBSU) mengadakan uji keterbacaan produk penerjemahan terhadap 22 buku bacaan anak, jenjang SD kelas 1-3.

Uji keterbacaan tersebut menghadirkan 90 penguji, yang terdiri dari 30 guru, 30 orang tua murid dan 30 siswa SD.

Hal tersebut dilakukan, sebelum buku-buku bacaan itu, menjadi konsumsi publik secara keseluruhan di Sumatera Utara.

Dimana, buku tersebut merupakan buku bacaan untuk anak, berupa cerita anak dengan berbagai bahasa daerah di Sumatera Utara.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara, Hidayat Widiyanto menyampaikan, ini merupakan bagian dalam tahapan penyediaan buku terjemahan yang disediakan balai bahasa.

"Dalam hal ini kami mengundang 30 guru, 30 orang tua siswa dan 30 siswa, untuk memberi masukan sebelum buku ini kami sampaikan kepada masyarakat," ujarnya.

Ada sebanyak 22 judul buku yang akan diuji dalam pelaksanaan kegiatan hari ini dengan tingkatannya B1 B2 dan B3, artinya ini untuk jenjang anak SD kelas 1, 2 dan 3.

"Jadi dari sini nantinya kita harapkan buku ini bisa dinikmati oleh anak-anak, dan ini merupakan program bahwa kita harus melindungi bahasa daerah yang ada di wilayah Sumatera Utara," ungkapnya.

Semua buku tersebut nantinya juga akan diterjemahkan kedalam bahasa daerah, dan buku ini mewakili penggunaan bahasa daerah di Sumut.

"Buku tersebut merupakan buku cerita untuk anak-anak, ada pembelajaran juga didalamnya, tetapi dikemas sebagaimana agar anak suka," katanya.

Dimana buku-buku tersebut di produksi melalui 2 mekanisme, pertama balai bahasa melakukan sayembara, kedua mengundang sejumlah penulis di Sumut untuk menghasilkan cerita anak.

"Buku dikemas sesuai kebutuhan anak berdasarkan usianya, agar mereka berkembang sesuai dengan jenjangnya," katanya.

Sebab menurut Hidayat jika anak-anak diberikan jenjang yang ketinggian mereka akan frustasi, jika diberi yang terlalu mudah mereka akan bosan.

"Sehingga kewajiban kita disini, menyediakan bacaan sesuai dengan jenjangnya, yang kita inginkan adalah mereka senang, yakni memberikan bahan bacaan sesuai jenjangnya, sehingga anak menjadi bahagia dan menjadi stimulus bagi mereka," jelasnya.

Alfredo salah satu siswa kelas 3 yang menjadi penguji buku bacaan tersebut, merasa senang dan mengerti terhadap bacaan yang dibacanya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved