Ciptakan Ekosistem Hulu-Hilir, Inalum Komitmen Jadi Pemimpin Pasar di Sektor Komoditas Aluminium

Tingginya potensi kebutuhan aluminium nasional saat ini menjadi peluang bagi industri aluminium di Indonesia.

|
TRIBUN MEDAN/RISKY CAHYADI
PRODUKSI ALUMINIUM - Pekerja mengikat aluminium yang telah dicetak di pabrik peleburan PT Inalum, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Rabu (13/9). PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya milik Indonesia yang dikelola oleh Holding Industri Pertambangan MIND ID masih memproduksi alumnium 250 ribu ton per tahun saat ini. 

Terkait upgrading teknologi tungku dan optimalisasi smelter Kuala Tanjung, kata Mahyaruddin, ketersediaan listrik menjadi keharusan. Dalam hal ini, Inalum pun berkoordinasi dengan PLN untuk ketersediaan listrik yang optimal. Ketersediaan listrik menjadi faktor utama, apalagi proses peleburan tak bisa dilakukan tanpa listrik.

Sedangkan di luar negeri, Inalum melakukan penandatanganan kerja sama dengan Emirates Global Aluminium (EGA) yang merupakan perusahaan smelter aluminium terbesar ketiga di dunia tanggal 31 Maret 2022. Kerja sama ini nantinya berperan dalam mengembangkan smelter di Kuala Tanjung sehingga kapasitas produksi bertambah.

Khusus untuk PT IAA, lanjut Mahyaruddin, sebagai anak usaha Inalum, PT IAA akan memproduksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas cetak sebanyak 50 ribu ton per tahun secara bertahap.

Terkait aksi-aksi strategis korporasi ini, Mahyaruddin mengatakan, semuanya berjalan sesuai dengan jadwal. Pihaknya berharap pada 2025, Inalum sudah bisa mewujudkan produksi double capacity.

“Kami optimistis dan berkomitmen mampu meningkatkan kapasitas produksi double capacity atau hingga 500 ribu ton per tahun atau memenuhi setengah (50 persen) kebutuhan aluminium dalam negeri Oleh karena itu, Inalum membutuhkan banyak dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat Indonesia,” katanya.

PRODUKSI ALUMINIUM PT INALUM - Pekerja melakukan proses peleburan aluminium di pabrik peleburan PT Inalum (Persero) di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Rabu (13/11). PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya milik Indonesia yang dikelola oleh Holding Industri Pertambangan MIND ID masih memproduksi alumnium 250 ribu ton per tahun saat ini.
PRODUKSI ALUMINIUM PT INALUM - Pekerja melakukan proses peleburan aluminium di pabrik peleburan PT Inalum (Persero) di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Rabu (13/11). PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya milik Indonesia yang dikelola oleh Holding Industri Pertambangan MIND ID masih memproduksi alumnium 250 ribu ton per tahun saat ini. (TRIBUN MEDAN/RISKY CAHYADI)

Sementara itu, Direktur Utama PT Indonesia Aluminium Alloy (PT IAA), Ricky Gunawan dalam keterangan persnya kepada media beberapa waktu lalu mengatakan, bisnis aluminium sekunder merupakan salah satu strategi peningkatan kapasitas produksi PT Inalum sesuai dengan amanah Perpres Nomor 3 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

PT IAA merupakan anak perusahaan dari PT Inalum yang bergerak dalam bidang produksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas cetak sebesar 50 ribu ton per tahun secara bertahap dan ke depannya akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunannya

Sesuai mandat dari pemegang saham kepada Mind ID, kata Ricky, PT Inalum melalui PT IAA harus melakukan program hilirisasi produknya dalam rangka meningkatkan revenue dan EBITDA dan juga mandat kepada Mind ID.

"Dengan dukungan tim yang ada, PT. IAA akan mengejar target produksi 20 ribu ton aluminium billet hingga akhir Desember 2023,” katanya.


Kinerja Optimis Jadi Nilai Tambah Indonesia

CORPORATE Secretary PT Inalum Mahyaruddin Ende mengatakan, kinerja Inalum sepanjang tahun 2022 telah mencatat hasil yang optimis yang ditandai dengan peningkatan pendapatan secara positif sepanjang 2022 dan berhasilnya perusahaan menciptakan pertumbuhan perusahaan berkelanjutan dalam kurun waktu 2020-2022. Hal tersebut disampaikan dalam RUPS Inalum pada 16 Juni 2023 di Kementerian BUMN.

Sepanjang tahun 2022, Inalum mencatatkan pendapatan bersih sebesar 57 persen (yoy). Pertumbuhan positif ini didukung oleh meningkatkan harga komoditas. Kinerja ini sesuai dengan rencana pertumbuhan yang berkelanjutan dari perusahaan yang ditandai oleh pertumbuhan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) 2020-2022 dengan pendapatan tumbuh 38 persen, laba bersih 252 persen, EBITDA 81 persen, pertumbuhan aset 13 persen, dan pertumbuhan ekuitas 23 persen.

“Kinerja yang optimis ini telah menjadi nilai tambah bagi Indonesia khususnya dalam sektor komoditas aluminium,” katanya.

Di tahun 2023 ini, Inalum fokus pada pengembangan operasional di ekosistem hilirisasi aluminium nasional baik dalam hal pengembangan lingkup rantai pasok aluminium maupun pengembangan green energy atau energi hijau.

“Dengan menciptakan ekosisitem hulu-hilir ini, Inalum berkomitmen untuk menjadi pemimpin pasar pada sektor komoditas aluminium dan meningkatkan pangsa pasar. Sekaligus akan melakukan aksi korporasi lanjutan dalam hal peningkatan modal dan dana usaha,” katanya.

Mahyaruddin menambahkan, beberapa tantangan yang dihadapi Inalum saat ini dalam memperkuat ekosistem hulu-hilir adalah permintaan pasar yang sangat tinggi yang membuat Inalum harus berlari lebih cepat. Selain itu, upgrading dari smelter yang ada saat ini agar bisa bekerja lebih efisien dalam hal energi namun bisa memproduksi lebih banyak dari sekarang.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved