Ciptakan Ekosistem Hulu-Hilir, Inalum Komitmen Jadi Pemimpin Pasar di Sektor Komoditas Aluminium
Tingginya potensi kebutuhan aluminium nasional saat ini menjadi peluang bagi industri aluminium di Indonesia.
Penulis: Truly Okto Hasudungan Purba | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.com, BATUBARA – Tingginya potensi kebutuhan aluminium nasional saat ini menjadi peluang bagi industri aluminium di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya, industri aluminium yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan data yang disampaikan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Irwandy Arif kepada media tanggal 18 Agsutus 2023 lalu mengungkapkan, kebutuhan konsumsi akan aluminium di Indonesia mencapai 1 juta ton setiap tahunnya. Sedangkan pabrik dalam negeri baru sanggup untuk memproduksi sebesar 250 ribu ton.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya milik Indonesia yang dikelola oleh Holding Industri Pertambangan MIND ID masih memproduksi alumnium 250 ribu ton per tahun saat ini. Angka ini setara 25 persen dari kebutuhan nasional aluminum di Indonesia.
Corporate Secretary PT Inalum, Mahyaruddin Ende menjelaskan, kapasitas produksi smelter Inalum yang berada di Kuala Tanjung, Sumatera Utara saat ini maksimal bisa memproduksi 250 ribu ton. Inalum menargetkan dapat meningkatkan produksinya sehingga ketergantungan terhadap impor produk aluminiun dapat berkurang secara bertahap.
“Sebagai bagian dari BUMN industri pertambangan, Inalum didorong oleh Pemerintah RI untuk meningkatkan produksi hingga double capacity dengan melakukan aksi-aksi korporasi strategis dalam menciptakan ekosistem hulu-hilir (supply chain) industri aluminium sebagai bagian dari sinergis, terintegrasi, dan berkelanjutan,” kata Mahyaruddin kepada Tribun-Medan.com, Selasa (12/9/2023).
Mahyaruddin menjelaskan, beberapa aksi korporasi strategis yang telah dimiliki dan telah dilaksanakan Inalum saat ini adalah upgrading teknologi tungku, optimalisasi smelter Kuala Tanjung, pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat mendirikan anak usaha PT Indonesia Aluminium Alloy (IAA) yang menjalankan proyek diversifikasi aluminium remelt (sekunder).
“Aksi-aksi korporasi strategis yang dilakukan Inalum ini merupakan implementasi penguatan hilirisasi yang telah dijalankan sejak beberapa tahun lalu yang mencakup dari hulu hingga ke hilir. Pelaksanaannya pun ada yang bekerjasama dengan berbagai pihak,” ujar Mahyaruddin.
Khusus untuk pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), Inalum bekerjasama dengan BUMN industri pertambangan lainnya yakni, PT Antam. Kehadiran SGAR sangat strategis karena akan memotong impor alumina sebagai salah satu bahan baku produksi aluminium.
Saat ini, alumina masih diimpor. Salah satunya dari Australia. Padahal, alumina dari Australia ini merupakan bauksit yang dihasilkan PT Antam. Karena Indonesia tak mempunyai pengolahan bauksit menjadi alumina, bauksit lalu dikirim ke Australia untuk diolah menjadi alumina. Setelah itu dibeli kembali oleh Inalum. Hal ini membuat harga alumina menjadi lebih mahal. Padahal, cadangan bauksit di Indonesia cukup besar.
Merujuk Booklet Tambang Bauksit 2020 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki cadangan bauksit sebanyak 1,2 miliar ton atau setara 4 persen cadangan bijih bauksit dunia yang mencapai 30,39 miliar ton. Pada 2019, produksi bijih bauksit Indonesia mencapai 16 juta ton. Bauksit dapat dimurnikan untuk memperoleh alumina dan dilebur untuk membuat aluminium. Diperlukan 2 ton-3 ton bauksit untuk menghasilkan satu ton alumina.
“Untuk mengoptimalkan kapasitas produksi Inalum hingga double capacity, Inalum harus memperkuat hulunya, yakni tambang bauksit dan penyediaan alumina dengan membangun SGAR. Diperkirakan tahun 2024, pembangunan smelter ini sudah selesai dan siap mengolah bauksit menjadi alumina,” katanya,
Keberadaan PT Inalum di Kuala Tanjung yang berada di tengah (diantara hulu dan hilir) bertugas sebagai pabrik yang memproduksi aluminium. Pabrik ini setiap harinya menghasilkan tiga produk aluminium untuk konsumsi industri dalam negeri yakni aluminium ingot, aluminium billet, dan aluminium alloy.
Aluminium ingot merupakan aluminium batangan yang biasanya akan dilebur ulang untuk dijadikan berbagai macam produk. Misalnya bahan material otomotif yaitu velg, hingga komoditas kemasan seperti kaleng makanan dan minuman. Setiap batang aluminium ingot dari Inalum memiliki berat 22,7 kg dengan 2 jenis kualitas produk yaitu 99,90 persen dan 99,70 persen. Produk ini juga telah terdaftar pada London Metal Exchange (LME) pada 23 September 1987.
Selanjutnya aluminium billet bentuknya mirip seperti pipa-pipa panjang dan dapat dipakai untuk bahan konstruksi bangunan. Sedangkan aluminium alloy yang menjadi turunan lainnya merupakan produk yang tinggal dilebur untuk dijadikan material lainnya.
Produk aluminium alloy milik Inalum memiliki berat kurang lebih 10 kg per batangnya, dengan panjang 730 mm. Pada praktiknya, ketiga produk Inalum ini dapat dijadikan velg hingga kerangka mobil, kerangka pesawat, dan komponen otomotif lainnya.
| TERBONGKAR Dugaan Korupsi PT Inalum, Penyidik Kejati Sumut Geledah Ruangan Direktur Keuangan |
|
|---|
| Geledah Kantor Inalum, Kejatisu Usut Korupsi Penjualan Aluminium ke PT Pasu Tahun 2019 |
|
|---|
| Kejatisu Geledah Kantor Inalum 6 Jam Usut Korupsi Penjualan Aluminium ke PT Pasu |
|
|---|
| Pria Bertopeng Guy Fawkes Tuntut Pesangon Ratusan Buruh yang di PHK Inalum Segera Dibayar |
|
|---|
| Kisah Bank Sampah Berseri dan Sari Larva Berdaya Gerakkan Ekonomi dan Pendidikan di Kuala Tanjung |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Aluminium-Inalum-1.jpg)