Breaking News

Liputan Khusus

Miris, Bayi Meninggal Dunia Diduga Terpapar Cat dari Bengkel Mobil di Medan

Bayi berusia satu tahun delapan bulan berpulang setelah menjalani perawatan diduga terpapar cat dari bengkel mobil

Editor: Array A Argus
INTERNET
Ilustasi- Bayi meninggal dunia terpapar cat 

Ia tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi. Husnul tidak ingin dua anaknya yang lain mengalami nasib serupa si bungsu.

Namun memang tidak mudah bagi Husnul. Protesnya mentok. Pun sejumlah upaya untuk “bermufakat.”

Maka ia kemudian mendatangi kepala lingkungan (kepling) setempat dan kelurahan, meminta mereka mencarikan solusi.

Mediasi

Kepling V Pangkalanmansyur, Medan Johor, Rahma Danil membenarkan ada pengaduan Husnul. Ia juga menyebut, sebenarnya nada keberatan datang dari warga-warga lain.

“Jadi ada dua itu keluhannya. Dari warga yang rumahnya dekat-dekat dengan bengkel dan warga lain. Pertama terkait polusi udara. Aroma dari cat semprot, kalau sedang ada pekerjaaan pengecatan, memang cukup kuat. Keluhan kedua menyangkut kemacetan. Bukan hanya di dalam bengkel, kadang kala aktivitas pekerjaan di bengkel itu juga menggunakan bahu jalan, hingga menimbulkan kemacetan terutama pada jam sibuk,” katanya krpada Tribun.

Rahma menambahkan, keluhan warga sebelumnya sekadar menggerutu.

Baca juga: BURSA TRANSFER: Greg Nwokolo Kembali Perkuat Arema FC, Digaet Jelang Batas Akhir Pendaftaran Pemain

Padanya warga meminta berbicara dengan pemilik bengkel untuk menertibkan pola kerja mereka. Terutama yang berhubungan dengan aktivitas yang mengganggu kepentingan publik.

Namun, setelah kematian ASM, dan kabar bahwa kedua anak Husnul juga mengalami radang paru diduga akibat terpapar zat kimia berbahaya, Rahma mengatakan, sejumlah warga secara terbuka sudah meminta kepadanya untuk menyampaikan kepada pihak yang berwenang guna mendesak penutupan bengkel tersebut.

“Di lingkungan itu ada kurang lebih 100 KK (kepala keluarga) dan yang berdomisili di seputaran bengkel kalau tidak salah 10 KK. Sejauh ini, yang telah secara terbuka menyatakan menolak keberadaan bengkel ada 30-an KK,” ujar Rahma.

Ditanya perihal perkembangannya, Rahma menyebut pihaknya sudah membuka jalur mediasi, mempertemukan warga yang berkeberatan dengan pihak bengkel.

Husnul hadir di sana. Hasil mediasi, pihak bengkel bersedia memindahkan tempat pengecatan tapi meminta waktu untuk persiapan.

Namun, tunggu punya tunggu bengkel terus beroperasi, terus melakukan pengecatan, dan tidak ada gelagat untuk mempersiapkan pemindahan. Warga pun kembali melempar protes.

“Saya bilang agar keberatan disampaikan secara tertulis, supaya bisa kami teruskan ke pihak kelurahan dan kecamatan. Ini penting mengingat warga di sana umumnya keluarga-. Ada hubungan famili satu sama lain,” katanya. Ia menambahkan, atas surat warga, pihak kelurahan telah menginisiasi pertemuan.

“Hasilnya seperti sebelumnya juga, pihak bengkel menyatakan bersedia untuk memindahkan lokasi pengecatan. Namun lagi-lagi dalam pelaksanaannya belum ada. Sampai hari ini masih beroperasi,” ujarnya.

Amatan Tribun, aktivitas bengkel memang tidak surut. Beberapa unit mobil tengah dalam proses pengerjaan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved