Optimisme Petani Organik di Lingkar Tambang, Tumbuh Subur Berkat Campur Tangan PTAR

Keberhasilan Kelompok Tani Aek Pahu juga tak lepas dari dukungan yang diberikan PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe.

|
Penulis: Ayu Prasandi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/HO
PTAR memfasilitasi kelompok tani agar seluruh proses budidaya dan produksinya mendapat sertifikasi organik dari Lembaga LeSOS. 

TRIBUN-MEDAN.com, TAPSEL - Hamparan sawah luas berwarna hijau menjadi pemandangan pertama yang terlihat ketika berkunjung ke persawahan Aek Pahu, Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut).

Gemercik suara air mengalir dari sungai di sebelah persawahan memberikan suasana tenang dengan udara sejuk di desa yang berada di lingkar tambang PT Agincourt Resources (PTAR) tersebut.

Petani di persawahan Aek Pahu saat ini telah fokus menanam padi organik.

Siang itu, pertengahan Februari 2023, Tribun Medan berkesempatan mengunjungi desa tersebut dan bertemu dengan beberapa petani, salah satunya adalah Rajab Pulungan.

Rajab sapaan akrabnya merupakan salah satu petani yang juga sekretaris Kelompok Tani Aek Pahu, komunitas petani organik binaan PTAR.

Suasana di persawahan Aek Pahu
Suasana di persawahan Aek Pahu, Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut).

Ditemui di sebuah gubuk yang biasa dijadikan tempat para petani beristirahat, yang berada tepat di tengah persawahan, Rajab bercerita awal mula menjadi petani padi organik.

Sambil sesekali meneguk kopi di cangkir yang dipegangnya, pria berusia 60 tahun tersebut mengaku sempat mengalami banyak kendala dan masalah ketika memulai menanam padi organik.

Dia memutuskan hanya menanam padi organik sejak 2017 silam. Cibiran hingga disepelekan sempat dirasakannya.

“Banyak yang bertanya, kenapa harus pada organik? Apa untungnya? Nanti malah tidak laku,” cerita Rajab.

Namun, hal tersebut tak mematahkan semangat pria 3 orang anak ini. Rajab tetap melanjutkan tekad dan mulai menanam padi organik di sawahnya tersebut.

“Awal memulai memang cukup berat, banyak yang tidak percaya. Banyak yang takut tidak berhasil, macam-macamlah ketakutan itu,” tuturnya.

Seperti kalimat bijak “Kesabaran Membuahkan Hasil”, hal itulah sekarang yang dipetik Rajab. Saat ini, banyak petani-petani yang memutar haluan menanam padi organik seperti dirinya.

PTAR memfasilitasi kelompok tani agar seluruh proses budidaya dan produksinya mendapat sertifikasi organik dari Lembaga LeSOS.
PTAR memfasilitasi kelompok tani agar seluruh proses budidaya dan produksinya mendapat sertifikasi organik dari Lembaga LeSOS. (TRIBUN MEDAN/HO)

Diungkapkan Rajab, alasan mengubah haluan menjadi petani padi organik karena merasa sadar mengenai pentingnya kesehatan, terutama makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi.

“Kesadaran kita, lantaran kita tidak mau lagi mengkonsumsi racun-racun dan ingin hidup sehat,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, Rajab mengaku, dari sisi ekonomi juga terbantu karena bisa lebih menghemat pemakaian pupuk, dan tidak perlu repot menyediakan obat untuk menyemprot hama.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved