Sosok

Kisah Hidup Wilmar Hutahaean, Pebisnis Hotel Berbintang, Pernah Terpaksa Makan Makanan Sisa Orang

Saat ini usaha Wilmar tersebut sudah merambat ke berbagai bisnis seperti Business Hotel, Golf Resort, Waterpark & Theme Park, Property dan lainnya

Penulis: Istiqomah Kaloko |
HO
St. Harangan Wilmar Hutahaean 

Melihat Harangan Wilmar Hutahaean saat ini yang bergelimang harta dengan perusahaan dimana-mana, siapa sangka pria kelahiran Laguboti ini pernah memakan makanan sisa milik orang lain. Hal ini ia ceritakan dalam sebuah tayangan di kanal YouTube “Cerita Trisna”.

Dalam kondisi yang sangat lapar di perjalanan, Wilmar kemudian meminta makanan sisa milik Pohan yang saat itu hendak dibuang.

Makanan sisa itulah akhirnya yang mengisi tenaga Wilmar hingga tiba di Pakning. Setibanya di Pakning, Wilmar ditawarkan untuk membuka sebuah sekolah.

Tak bertahan lama, beberapa tahun kemudian Wilmar Kembali ke Pekan Baru. Disana ia kemudian ditawarkan untuk bekerja di PT Caltex.

Di PT tersebut, Wilmar bekerja hanya satu tahun, hingga ia memutuskan untuk keluar dan bergabung dan bekerja dengan seseorang bernama Sukiman.

Di perusahaan milik Sukiman itulah Wilmar memulai usahanya hingga saat ini menjadi pengusaha sukses.

Usaha yang pertama kali ia Kelola ialah perkebunan sawit. Pada saat itu, PT Hutahaean diberikan hak mengelola 5.418, 65 hektar di Kebun Dalu Dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rohul.

Masih di wilayah kabupaten yang sama, hanya berbeda kecamatan, tepatnya di Kebun Teluk Sono Harangan juga memiliki kebun 7.700 ha kebun kelapa sawit.

Dia memulai masuk ke dalam lingkaran bisnis perkebunan kelapa sawit. Menurutnya, awalnya berbisnis di perkebunan kelapa sawit sebenarnya, awalnya, hanya factor x saja.

Di tahun 1987, waktu itu, ia menemui gubernur di rumah dinasnya untuk perbincangan tentang kira-kira bisnis apa yang berprospek ke depan.

Lalu Gubernur memberikan hak izin dengan memberikan SK Gubernur oleh Gubernur Riau Letjen Soeripto (1988-1998) tentang izin lokasi dan pembebasan hak, pembelian tanah untuk perkebunan.

Sejak itu, Harangan bersama karyawannya menanami bibit sawit di kebun yang diberikan hak pakai oleh gubernur.

Lalu, tahun 1992, kelapa sawit itu sudah mulai berbuah dan bisa diproduksi 1,2 ton per hectare per tahun.

Tahun 1996, sebagai pengusaha Harangan kemudian membangun pabrik pengilangan minyak kelapa sawit pertama.

Pabrik ini bisa memproduksi sekitar 30 ton per jam. Tahun kedua, sudah meningkat menjadi 60 ton per jam.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved