Hilirisasi Jadi Aksi Korporasi Inalum Penuhi Kebutuhan Aluminium Dalam Negeri
PT Inalum sampai saat ini hanya mampu memproduksi alumnium 250 ribu ton per tahun, atau 25 persen dari kebutuhan nasional aluminum di Indonesia
Penulis: Truly Okto Hasudungan Purba | Editor: Array A Argus
Posisi PT Inalum yang berada di tengah (diantara hulu dan hilir) bertugas menjadi smelter yang memproduksi aluminium.
Pabrik yang berlokasi di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara ini menghasilkan tiga produk aluminium yakni: ingot, billet, dan alloy.
“Aluminium yang dihasilkan Inalum selalu habis, karena dikerjakan seusai order. Pada tahun 2021, Inalum menjual sekitar 218 ribu ton dari jumlah produksi 243 ribu ton. Artinya, yang dijual tidak sebanyak yang diproduksi karena Inalum menjadikannya cadangan kalau ada konsumen yang menambah pembelian,” kata Gilang.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Produsen Aluminium Ekstrusi serta Aluminium Plate, Sheet & Foil (APRALEX, Sh & F), Abubakar Subiantoro mengatakan, kebutuhan aluminium di dalam negeri mencapai sekitar satu juta ton lebih per tahun.
Karena Inalum hanya memasok 250 ribu ton, maka sekitar 800 ribu ton diimpor dari luar negeri diantaranya dari India, Rusia, Australia dan Uni Emirat Arab. Aluminium impor ini terdiri dari aluminium ingot, billet, alloy, sheet, dan foil.
“Inalum telah sepenuhnya menjadi milik Indonesia sejak 2013 atau selama sembilan tahun. Seiring peralihan tersebut, Inalum diharapkan dapat menambah kapasitas produksi aluminium. Pertambahan kapasitas produksi ini masih sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan aluminium di dalam negeri. Tapi tentu saja itu harus diikuti dengan dukungan sumber listrik di smelter. Ini mengingat produksi aluminium murni hasil smelter membutuhkan listrik yang besar,” kata Abubakar.
Menurut Abubakar, produk aluminium Inalum sudah terdaftar di London Metal Exchange (LME) yang menandakan Inalum sebagai produsen kelas dunia dengan produk aluminium yang kualitasnya terjamin. Mengingat pasar aluminium Indonesia diisi produk dari Inalum dan impor dari berbagai negara sejak 30 tahun lalu, maka Inalum harus terus berjuang menjaga kualitas produknya agar tetap dipercaya konsumen.
Dirikan PT Indonesia Aluminium Alloy
HILIRISASI juga dilakukan Inalum di hilir dengan bekerjasama dengan berbagai perusahaan yang membutuhkan aluminium sebagai bahan baku produk, misalnya Astra.
Selain itu, PT Inalum juga mendirikan PT Indonesia Aluminium Alloy (PT IAA). PT IAA berdiri tanggal 22 Mei 2020 di Jakarta yang dimulai dengan dilakukannya akuisisi oleh PT Inalum atas aset PT Asahan Aluminium Alloys tanggal 9 Oktober 2019.
Corporate Secretary Officer PT IAA, Merry Silaen mengatakan, sebagai anak usaha PT Inalum, PT IAA bergerak dalam sektor midstream dan downstream industri aluminium yang akan memproduksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas cetak 50 ribu ton per tahun.
“Saat ini masih pembangunan fasilitas produksi. Direncanakan Commercial Operation Date (COD) pada Desember 2022. Untuk tahap awal, IAA memproduksi sekitar 30 ribu ton. Setelah itu, naik bertahap hingga 50 ribu ton,” kata Merry, Jumat (14/10/2022).
Merry menuturkan, perbedaan aluminium yang dproduksi PT IAA dan PT Inalum terletak pada ukuran, bahan baku, dan tingkatan. Aluminium yang dihasilkan PT IAA berdiameter 6 inci, bahan baku 30 persen molten aluminium cair dan 70 persen serat aluminium, serta merupakan aluminium sekunder.
Sedangkan aluminium PT Inalum berdiameter 5,7, dan 8 inci, bahan baku 100 persen molten aluminium cair, dan merupakan aluminium primer.
“Kebutuhan akan alumninium sekunder masih tinggi. Target pasar IAA adalah domestik maupun global. Ke depannya, IAA akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunannya,” ujar Merry.
Gilang Sukma mengatakan, hilirisasi ini didukung kerjasama strategis yang dilakukan PT Inalum dengan berbagai pihak baik di dalam negeri maupun luar negeri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/alumunium-PT-Inalum.jpg)