TRIBUNWIKI

MITOS Penciptaan dalam Tradisi Batak Toba, Begini Kisahnya

Benua atas sendiri terdiri dari tujuh lapisan. Dalam lapisan tertinggi bertakhtalah Allah pencipta, Mulajadi Nabolon. 

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ MAURITS PARDOSI
Suasana sore di Tarabunga, Kecamatan Tampahan, matahari terlihat mulai terbenam dengan warna kuning keemasan. 

Ia sedih, ia menangis, tetapi dia keras kepala dan tidak juga mau menikah. Undangan Mulajadi Nabolon ditampiknya.

Dia memohon segenggam tanah dan setangkai tumburjati, sebuah pedang ajaib dan tudung kepala. 

Hamba leang-leang mandi disuruh Mulajadi Nabolon  mengantarkannya. Deak Parujar menempa bumi dari tanah itu (banua tonga).

Memang ajaib, sekali tempa bumi mengembang berkilo meter. Naga Pandoha menghancurkan dunia pertama ini. Kembali Si Boru Deak parujar meminta kembali segenggam tanah dan dikabulkan.

Deak Parujar bisa melihat Naga Pandoha. Untuk mengeringkan laut, Mulajadi Nabolon memberikan delapan matahari. 

Baca juga: Kegiatan Yustisi dan PPKM Berbasis Mikro Kembali Dilaksanakan di Jajaran Polsek Wilkum Polres Toba

Si boru Deak parujar menikam Naga Pandoha dengan pedang ajaib. Naga itu tidak mati, tetapi dia melemah dan tak berdaya lagi (terkerat taji). Sementara itu si Boru Deak Parujar  menimbunnya dengan tanah.

Orang Batak tetap percaya bahwa Naga Pandoha tetap hidup di bawah tanah dan sekali-sekali mengguncang bumi dengan gempa, artinya untuk mengancam hidup di atas bumi.

Tanah berkembang dan meluas, berbukit dan berlembah, bercampur lereng dan dataran. Sebuah gunung muncul dari padanya, dan menjadi Pusuk Buhit. Tetapi tanah itu tetap kosong.

Kepada Batara Guru dan Mangala Bulan diperintahkan agar mencincang si tuan Ruma Uhir Si Tuan Rumagorga dan memasukkannya ke dalam tabung raksasa (abalabal).

Raja Ihat Manisia pun dicincang dan digoreng dalam belanga dan dimasukkan ke dalam tabung itu, kemudian dilemparkan ke bumi ciptaan Deak Parujar bersama sumpitan. 

Tabung itu retak dan pelan-pelan menguak isinya. Secara ajaib muncullah seorang perjaka yang sangat tampan.

Dia meraih sumpitan yang terletak di sampingnya, dan membaca namanya: Situan Ruma Uhir Si Tuan ruma Gorga. 

Tiba-tiba seekor burung tekukur terbang di atasnya. Dengan cekatan dia mengarahkan sumpitannya dan menembaknya.

Burung itu kena tetapi terbang agak jauh. Ia mengikutinya dan jatuh ke tanah dekat pondok Si Boru Deak Parujar. Ia menangkapnya, dan tiba-tiba Si Boru Deak Parujar berdiri di sampingnya. 

Baca juga: Pesta Budaya Oang-Oang Pakpak Bharat Masuk Calender Of Even Danau Toba 2022

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved