Jadi Pelopor Kereta Api Supercepat di Dunia, Ternyata Jepang Pakai Dana Utang Bangun Shinkansen
Jepang mencatatkan sejarah jadi pelopor kereta api supercepat pertama di dunia dengan kereta bernama Shinkansen
dari kebangkrutan pasca-Perang Dunia II sekaligus menjadi awal negara adidaya ekonomi.
Baca juga: Aksi Wika Salim Olahraga Malam Bikin Lemas, Pakai Celana & Kaus Putih, Warganet: Gemes Liat Mainnya
Ide-ide Brilian yang Menginspirasi Pembuatan Shinkansen
Fakta membuktikan bahwa alam memiliki keunggulan karena mampu memberikan hal-hal yang positif bagi kemajuan teknologi.
Setidaknya Eiji Nakatsu, pencipta seri Shinkansen 500 (terutama seri 521), membuktikan hal ini.
Eiji Nakatsu menciptakan Shinkansen, dengan kepala depan diperpanjang, yang meningkatkan kecepatan kereta peluru sebesar 10%, meningkatkan kekuatan ekonomi sebesar 15%, dan mengurangi tekanan angin sebesar 30%.
"Burung ternyata memiliki banyak kelebihan untuk sebuah kecepatan dan peredaman suara," ungkap Eiji Nakatsu kepada pers belum lama ini.
Nakatsu juga menambahkan, terutama burung hantu menjadi pencerah dan menimbulkan ide dan teknologi baru yang diciptakan untuk Shinkansen series 500.
"Bulu ombak gergaji pada burung hantu disebut "bulu serunting," dan menghasilkan pusaran kecil dalam aliran udara yang memecah pusaran besar yang menghasilkan kebisingan.
Butuh waktu 4 tahun usaha keras oleh para insinyur muda kami untuk menerapkan prinsip ini secara praktis," ungkap Nakatsu.
"Akhirnya, "gerigi" ditorehkan di bagian utama pantograf, dan ini berhasil mengurangi kebisingan yang cukup untuk memenuhi standar ketat dunia.
Teknologi ini disebut "generator vortex" itu telah diterapkan untuk pesawat dan sekarang sedang diterapkan pada topi dan sepatu bot dari skaters profesional," jelasnya.
Selain ide dari sayap burung hantu yang bergerigi tersebut, satu lagi hambatan Shinkansen di masa lalu adalah pukulan angin depan yang diterobos kereta api peluru tersebut.
Terlebih di bagian terowongan, apabila Shinkansen dengan kecepatan 350 km per jam (series 500) melalui terowongan maka akan menimbulkan bunyi "dong" yang besar seperti sebuah ledakan.
Mengantisipasi bunyi yang keras tersebut, tentu saja dengan merendahkan kecepatan Shinkansen saat memasuki terowongan.
Namun penemuan baru Nakatsu dengan melihat tingkah laku burung Kawasemi atau Raja-udang Erasia atau Alcedo atthis.