Ngopi Sore

Kaesang, Dasar Ndeso Kamu!

Kaesang mengukir namanya di media sosial. Lewat Youtube, Facebook, Instagram, dan Twitter. Kaesang termasuk vlogger papan atas. Seorang selebgram.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir

SEPANJANG sejarah Republik Indonesia yang telah dipimpin tujuh presiden, memang baru kali ini ada anak presiden yang nyelenehnya sungguh keterlaluan. Tentu saja dalam hal ini tolok ukurnya adalah anak presiden.

Bagaimana tolok ukur itu? Tidak perlu dipapar panjang lebar. Cukup layangkan saja ingatan kepada enam anak Soeharto dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Serba bergaya dan serba necis, dan dengan modal ini enteng saja wara-wiri di ranah bisnis dan politik, bahkan melangkah jauh mencampuri urusan-urusan pemerintahan.

Di luar mereka ada anak-anak Soekarno, anak-anak Habibie, anak-anak Abdurrahman Wahid, dan anak-anak Megawati. Namun tak semua dari mereka dapat dibandingkan dengan enam anak Soeharto dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Rasa-rasanya kurang adil. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati, kita tahu, tak lama memerintah. Abdurrahman Wahid, Gus Dur, tak sampai dua tahun. Dilantik 20 Oktober 1999 dijatuhkan 23 Juli 2001. Megawati menggantikannya sampai akhir masa jabatan di bulan Oktober 2004. Habibie hanya 517 hari.

Maka dengan demikian boleh dikata perbandingan yang kurang lebih seimbang hanya dengan anak-anak Soekarno. Ada sepuluh anak Soekarno dari lima istri, namun untuk urusan banding- membandingkan ini kiranya bisa dipilih lima saja. Yakni lima anak dari Fatmawati: Guntur Sukarnoputra, Megawati Sukarnoputri, Rachmawati Sukarnoputri, Sukmawati Sukarnoputri, dan Guruh Sukarnoputra.

Kita semua tahu siapa mereka. Terlepas segala kontroversinya, mereka menjelma tokoh-tokoh politik yang diperhitungkan. Tak terkecuali Guruh yang lebih dulu dikenal sebagai seniman. Bukan sembarang seniman pula. Dia penari, penulis lagu, penata panggung, dan sutradara. Swara Mahardika dan Guruh Gypsi yang dibentuknya mendapatkan pengakuan internasional.

Hebatnya, sekali lagi terlepas segala kontroversinya, mereka sampai pada level ini di tengah keterbatasan akibat berbagai tekanan yang dilakukan pemerintah Orde Baru.

Begitulah selama bertahun-tahun mereka dibandingkan dan jadi tolok ukur keidealan anak presiden. Anak Soekarno begitu anak Soeharto begini. Lalu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa selama 10 tahun dan Edhie Baskoro melesat menjadi saingan Hutomo Mandala Putra, Tommy Soeharto, anak kesayangan Sang Smiling General. Jika Tommy digelari Pangeran Cendana, Edhie Baskoro atawa Ibas disebut Pangeran Cikeas. Lagi-lagi tak perlu dirunut lebih jauh mengapa keduanya dibandingkan.

Sampai datang Kaesang Pangarep memporak-porandakan tolok ukur tadi. Pertama dari sisi penampilan. Sungguh tidak mencerminkan anak seorang presiden. Terlalu selo. Jarang sekali dia tampil dalam balutan stelan resmi. Jangankan berjas dan berdasi. Bahkan berkemeja lengan panjang yang terkancing rapi seperti Ibas pun jarang sekali.

Desember nanti usia Kaesang 23. Saat Joko Widodo (Jokowi), ayahnya, dilantik sebagai Presiden Indonesia di tahun 2014, Kaesang baru 20 tahun. Lebih muda empat tahun dari Ibas ketika SBY menjadi presiden di tahun 2004.

Berbeda dibanding Ibas yang lebih kalem di periode pertama pemerintahan ayahnya (lalu tiba- tiba jadi anggota DPR RI di periode kedua), Kaesang justru langsung melesat. Bukan di panggung politik. Bukan juga di lingkungan para taipan dan orang-orang kaya tanah air. Kaesang mengukir namanya di media sosial. Lewat Youtube, Facebook, Instagram, dan Twitter. Kaesang termasuk vlogger papan atas. Seorang selebgram. Tiap-tiap foto dan video yang diunggahnya mendapatkan minimal 100 ribuan penonton.

Aktivitas ini mengalirkan uang ke koceknya. Banyak untuk ukuran rata-rata penghasilan bulanan kaum pekerja kelas menengah Indonesia. Sebaliknya sungguh tiada berarti dibandingkan pendapatan yang mungkin diperoleh apabila dia menggarap proyek-proyek dengan cukup bermodalkan perusahaan fiktif dan tanda tangan ayahnya.

Namun kita tahu, sebagaimana kakaknya Gibran Rakabuming Raka yang membuka usaha katering dan gerai martabak, Kaesang memilih jalan ini. Jalan yang mulanya terasa janggal dan lantaran itu dipandang risih oleh sebagian orang Indonesia yang terlanjur terbiasa dengan sikap dan gaya anak-anak presiden terdahulu, terutama pangeran dari Cendana dan Cikeas.

Jelang tiga tahun kepemimpinan Jokowi, pelan-pelan, pandangan risih ini tersisih. Pelan-pelan, "pekerjaan" Kaesang Pangarep sebagai blogger, vlogger, dan youtubers, dan statusnya sebagai selebgram, bisa diterima.

Namun belakangan muncul masalah. Kaesang dilaporkan oleh warga bernama Muhammad Hidayat S dengan tuduhan melakukan ujaran kebencian di satu vlog. Menurut pelapor, kata 'ndeso', yang diucapkan Kaesang berkali-kali dalam vlog berdurasi 2 menit 41 detik itu, merupakan ujaran kebencian yang ia duga dialamatkan pada ulama dan golongan atau kelompok masyarakat tertentu.

Benarkah begitu? Saya kutipkan utuh kalimat Kaesang.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved