TRIBUN WIKI
Demo Filipina 21 September 2025 Mengingatkan Kembali Revolusi People Power
Revolusi People Power di Filipina, yang juga dikenal sebagai Revolusi EDSA adalah demonstrasi massal tanpa kekerasan pada 22 hingga 25 Februari 1986.
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
Pemicu besar lainnya adalah pembunuhan senator oposisi Benigno "Ninoy" Aquino Jr. pada tahun 1983, yang mengakibatkan kemarahan dan pemberontakan luas dari rakyat dan beberapa sekutu pemerintahan yang berbalik menentang Marcos.
Selain itu, pada pemilihan presiden 7 Februari 1986, Marcos diduga melakukan kecurangan besar dan intimidasi supaya terpilih kembali, yang membuat rakyat dan oposisi mendukung Corazon "Cory" Aquino, istri Ninoy Aquino.
Melihat kecurangan yang ada, dua pejabat militer, yakni Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile dan Wakil Ketua Angkatan Bersenjata Fidel Ramos, menarik dukungan untuk Marcos.
Baca juga: Penyakit Lyme Tidak Hanya Menyerang Bella Hadid, Avril Lavigne dan Justin Timberlake Pernah Kena
Penarikan dukungan ini memicu gelombang besar rakyat turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi damai menentang kecurangan dan rezim otoriter Marcos.
Selain itu, perpecahan militer antara pasukan yang setia kepada Marcos, yang dipimpin oleh Jenderal Ver, dan kelompok militer yang mendukung usaha kudeta dan pemberontakan di bawah pimpinan tokoh seperti Fidel Ramos dan Juan Ponce Enrile menggerogoti kekuasaan militer Marcos dan menjadi salah satu kunci kemenangan revolusi yang berujung pada penggulingan Marcos tanpa pertumpahan darah besar.
Aksi damai rakyat yang dikenal sebagai People Power ini akhirnya berhasil mengakhiri rezim Marcos tanpa pertumpahan darah besar.
Cory Aquino dilantik sebagai presiden baru Filipina, menandai berakhirnya kediktatoran Marcos dan dimulainya era demokrasi di Filipina.
Baca juga: Ada 52 Perwira, Polri Resmi Bentuk Tim Transformasi Reformasi Polri, Berikut Tuntutan 17+8 Rakyat
Profil Ferdinand Marcos
Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr. (11 September 1917 – 28 September 1989) adalah Presiden kesepuluh Filipina yang menjabat dari 30 Desember 1965 hingga 25 Februari 1986.
Ia lahir di Sarrat, Ilocos Norte, Filipina. Marcos dikenal cerdas dan lulus cum laude dari Fakultas Hukum Universitas Filipina pada tahun 1939.
Ia juga berperang melawan Jepang dalam Perang Dunia II dan menerima penghargaan atas jasanya.
Baca juga: Kronologis Kapolsek AKP Nundarto Digerebek di Rumah Guru PAUD Janda Anak Dua, Ngumpet di Dapur
Marcos menikah dengan Imelda Romuáldez pada tahun 1954, dan dikaruniai beberapa anak, termasuk Ferdinand Marcos Jr. (Bongbong Marcos).
Karier politiknya dimulai dengan bergabung ke Partai Nacionalista, dan pada 1965 dia berhasil mengalahkan Presiden Diosdado Macapagal dalam pemilihan presiden.
Pada masa pemerintahannya, Marcos membentuk rezim otoriter dimulai dengan pemberlakuan hukum darurat militer pada 1972 yang dipakai untuk menekan oposisi politik dan memperpanjang masa kekuasaannya.
Ia terpilih kembali pada tahun 1981 dalam masa jabatan enam tahun.
Baca juga: Kabar Terbaru Kenaikan Gaji PNS, Selain Dapat Tunjangan Kinerja, Berikut Gaji PNS Sesuai Golongan
Masa pemerintahannya dicirikan oleh korupsi besar, pelanggaran hak asasi manusia, serta reputasi despotik.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/EDSA-Filipina-atau-demo-Filipina.jpg)