Berita Viral

Pakar Gizi Angkat Bicara Banyak Siswa Keracunan Makan Bergizi Gratis, Penyebabnya

Keracunan massal siswa terkait Program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi sorotan. Tiga saran terkait evaluasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Editor: Salomo Tarigan
Kolase Tribun Medan
KERACUNAN MBG : Keracunan massal di Kabupaten Kepulauan Banggai, berdampak pada lebih dari 250 orang siswa usai santap menu Makanan Bergizi Gratis (MBG).Sebelumnya 342 siswa SMP Negeri 35 Bandung mengalami keracunan setelah makan menu MBG 

Sejak MBG diluncurkan, korban keracunan terus bertambah.

Pemantauan JPPI hingga medio September 2025 mencatat, tak kurang dari 5.360 anak mengalami keracunan akibat program ini, dengan ancaman kematian yang nyata.

Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji menegaskan, jika kejadian keracunan itu hanya sekali, mungkin bisa disebut kesalahan teknis.

“Tetapi bila ribuan anak menjadi korban di banyak tempat, ini jelas kesalahan sistemik dan bukti kegagalan tata kelola yang dikoordinasikan BGN,” kata Ubaid kepada wartawan Kamis (18/9/2025).

Sebelumnya KPAI, CISDI dan Wahana Visi Indonesia (WVI) melaksanakan Survei Suara Anak Untuk Program Makan Bergizi Gratis yang dilaksanakan di 12 propinsi dengan 1.624 responden anak dan anak disabilitas.

Pada 14 April hingga 23 Agustus 2025.

Ada 4 temuan yang terjadi di lapangan:

Pertama, kualitas makanan MBG.

Dari 1624 responden anak ada 583 anak menerima makanan MBG sudah rusak, bau dan basi. 

Bahkan 11 responden menyatakan meski sudah rusak, bau dan basi mereka tetap mengonsumsinya karena berbagai sebab.

Kedua, soal tempat makan MBG di mana responden merasakan bau tidak sedap dari tempat makan MBG.

Ketiga, anak meminta makanan tetap fresh atau tidak basi saat mau dimakan. 

  
Karena makanan yang sudah tidak fresh membuat siswa malas untuk menyantapnya.

Keempat, edukasi kepada penyedia MBG, siswa dan wali siswa bahwa memakan makanan bergizi itu sangat penting dan banyak manfaat yang akan didapatkan.

Dari temuan tersebut, bisa disimpulkan pemahaman MBG yang masih berkutat pada dampak ekonomi seperti alasan hemat, mengurangi uang jajan dan lain lain.

Anak senang adanya budaya makan bersama, namun aspek keamanan dan kebersihan pangan harus terjaga.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved