Jadi Saksi Sejarah, Masjid MTQ 1946 Ditetapkan sebagai Cagar Budaya 

Masjid ini menjadi saksi sejarah bahwa pada 12 Februari 1946 pernah dilakukannya perlombaan membaca Alquran pertama d

Penulis: Alif Al Qadri Harahap | Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan/ALIF ALQADRI
Masjid MTQ 1946 di Pondok Bungur, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan yang dibangun oleh almarhum Ali Umar kini dijadikan sebagai cagar budaya penting Kabupaten Asahan. Masjid dan rumah tersebut menjadi saksi sejarah terbentuknya MTQ pertama di Indonesia. 

TRIBUN-MEDAN.com, KISARAN - Pemkab Asahan akhirnya menjadikan rumah dan masjid yang didirikan oleh Ali Umar sebagai cagar budaya penting Kabupaten Asahan.

Masjid MTQ 1946 dan Rumah Musyawarah milik Almarhum Ali Umar di Pondok Bungur, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan itu menyimpan banyak kisah sejarah terutama terkait peradaban Islam.

Masjid MTQ 1946 merupakan tempat lahirnya lomba membaca Alquran atau musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) di Indonesia.

Masjid ini menjadi saksi sejarah bahwa pada 12 Februari 1946 pernah dilakukannya perlombaan membaca Alquran pertama di Indonesia.

Baca juga: Kekayaan Eka Kurnia, Hakim Vonis Bersihkan Mesjid Terdakwa Pengeroyok Pelajar hingga Lumpuh

Rumah dan masjid yang kini dikelola oleh Yayasan MTQ Pertama Indonesia yang dipimpin langsung oleh anak almarhum Ali Umar, Azwar Djun telah menghibahkan tanah dan bangunan ke Pemkab Asahan untuk dikelola menjadi lebih baik.

Bupati Asahan, Taufik Zainal Abidin Siregar, mengaku akan berkomitmen menjaga dan merawat situs bersejarah tersebut. Terlebih, ia mengaku, akan melakukan upaya-upaya agar potensi budaya ini dapat dikembangkan.

"Ini merupakan sejarah warisan keagamaan dan kebudayaan yang membanggakan. Bukan hanya Asahan, tapi juga Indonesia. Pengelolaan yang lebih profesional akan bisa menjadi potensi memperkuat syiar Islam dan pendidikan Alquran di daerah kita," ujar Bupati Asahan, Taufik Zainal Abidin Siregar, Selasa (2/9).

Katanya, hal ini bisa menjadi pusat syiar Islam, pendidikan agama, wisata religi, bahkan pusat penelitian sejarah keagamaan di Indonesia.

"Dengan pengelolaan yang terarah, nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya yang terkandung di dalamnya akan terus diwariskan serta menjadi kebanggaan bagi masyarakat Asahan dan Indonesia," ujarnya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved