Dairi Terkini

Remaja yang Dirudapaksa Ayahnya di Dairi Kini Jalani Konseling di Rumah Aman Sinceritas-PESADA

S (15) yang menjadi korban kekerasan seksual oleh ayah kandungnya sendiri mulai mendapat konseling.

TRIBUN MEDAN/ISTIMEWA
Kantor PESADA yang berada di Jalan Empat Lima Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. 

TRIBUN-MEDAN.com, SIDIKALANG - S (15) yang menjadi korban kekerasan seksual oleh ayah kandungnya sendiri mulai mendapat konseling dan bantuan hukum gratis dari Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) yang beralamat di Jalan Empat Lima Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi, Rabu (22/10/2025). Kasus ini merupakan rujukan dari UPTD PPA Kabupaten Dairi kepada PESADA.

Sartika Sianipar, selaku Konselor dan Paralegal dari PESADA mengatakan, sejak tanggal 6 Oktober-20 Oktober 2025, S sementara tinggal di ”Rumah Aman/Shelter  Sinceritas PESADA”.

Rumah Aman ini (alamat dirahasiakan) merupakan tempat berlindung sementara bagi perempuan dan anak perempuan yang mengalami kekerasan.

"Saat ini  korban sudah mendapat pendampingan dari kami di Rumah Aman Sinceritas-PESADA selama 2 minggu. Jadi seluruh biaya kebutuhan selama di Rumah Aman ditanggung oleh PESADA, selanjutnya PESADA akan terus mendampingi korban di APH (Polisi, Kejaksaan & Pengadilan) dan memonitor berjalannya kasus dan korban " ujar Sartika.

Sartika menerangkan, saat ini korban perlu mendapatkan bantuan psikologi untuk memulihkan trauma korban dan berharap difasilitasi oleh Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Kabupaten Dairi.

"Yang pastinya dia (korban) masih usia anak yang tidak boleh disalahkan. Kekerasan ini, sering terjadi dilakukan oleh orang-orang dewasa terdekat yaitu orang tua dalam hal ini ayah kandungnya, yang justru seharusnya bisa menjadi pelindung dari anak. Korban masih perlu pendampingan melalui konseling untuk memulihkan traumanya," katanya.

Menurutnya, kasus tersebut merupakan bukti adanya ketimpangan gender masih sangat nyata dirasakan khususnya dalam relasi kuasa di ranah keluarga.  Contohnya  perintah seorang ayah merupakan perintah yang harus di turuti baik buruknya perintah tersebut, ancaman, tekanan yang membuat anak perempuan tidak berdaya. 

"Jadi kita melihat bahwa ketimpangan gender masih sangat nyata dirasakan khususnya anak perempuan di dalam keluarga, bahwa hubungan yang tidak setara antara anak dan orangtua. Dia bapakku yang harus di hormati. Tapi si anak dipaksa untuk mengerti hal itu, " terangnya.

Sartika menegaskan bahwa kasus incest seperti ini bukan pertama kali terjadi yang ditangani Sinceritas-PESADA. Ada korban cenderung ”kasihan” ketika pelaku dihukum atau dipenjara. Hal itu memungkin dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya si anak belum bisa membedakan kasih sayang dengan kekerasan, dan bahkan kekerasan itu menjadi kebiasaan.

"Banyak kasus yang terjadi sampai ke kita. Bahkan banyak orang yang menganggap bahwa si anak bersalah karena tidak melaporkan perbuatan si pelaku. Tapi kita mengetahui posisi dan  menghargai bahwa si anak adalah korban, "

"Kita yakin banyak kasus yang masih banyak seperti ini. Apalagi pelakunya adalah keluarga dekat, " tegasnya.

Sartika menyebut saat ini korban masih terus mengenyam pendidikan. Akan tetapi, proses belajar mengajar dilakukan secara Daring untuk mencegah adanya perbuatan bullying dari teman - temannya.

"Untuk proses belajar masih berlanjut. Selama ini gurunya menyampaikan tugas melalui WhatsApp. Jadi belajarnya sistem Daring lah, yang pastinya kita selalu mendampinya " ungkapnya.

Demi mencegah terjadinya kekerasan seksual, PESADA selalu melakukan penyuluhan hukum, diskusi kritis di kelompok CU perempuan, ke sekolah-sekolah, remaja muda-mudi desa, dan kampanye hari besar perempuan.

Saat ini PESADA ada program 'Keluarga Pembaharu', mempromosikan keluarga unit sosial terkecil sebagai pondasi pendidikan pertama.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved