Opini Online

Judol: Yang Kalah Kita Semua

Presiden Prabowo baru-baru ini mengungkap data mengejutkan: Indonesia kehilangan lebih dari 8 miliar dolar AS (sekitar Rp133 triliun) setiap tahun

Editor: AbdiTumanggor
TRIBUN MEDAN/HO
Komisioner KPU Sumut, Robby Effendi 

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Kita perlu menata ulang cara pandang terhadap judol - bukan sekadar “dilarang”, tapi “mengapa berbahaya”. Beberapa hal yang dapat dilakukan: Literasi Digital dan Finansial Nasional – ajarkan bagaimana sistem judi bekerja dan mengapa peluang menang nyaris nol. Rehabilitasi Adiksi Digital - pecandu judol butuh terapi psikologis, bukan hanya hukuman. Audit ASN dan Sanksi Nyata - tak cukup teguran moral; perlu penegakan disiplin nyata. Pemblokiran Adaptif Berbasis AI - gunakan sistem pelacakan lintas rekening dan domain, bukan sekadar blokir manual.

Selain itu, perlu pendidikan literasi keuangan dan digital yang meluas: agar masyarakat memahami risiko judi daring dan konsekuensinya, bukan hanya “main seru”. Dan bagi mereka yang sudah terjebak, perlu ruang pemulihan: konseling, support group, dan intervensi sosial - bukan stigma.

Penutup

Judi online kini jadi putaran duit paling cair tapi paling gelap di Asia Tenggara. Kata judol bahkan telah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari, sebuah kalcer baru di dunia digital. Perputarannya besar, tapi tak tercatat. Dampaknya nyata: uang keluar negeri lalu moral publik melemah. Dari angka miliaran dolar yang disebut Presiden hingga ratusan ASN yang terlibat - itulah alarm tanda bahaya berbunyi. Ini bukan sekadar permainan biasa. 

Semoga tulisan ini membuka ruang diskusi lebih luas tentang judi online - tidak hanya versi dilarang, tetapi juga mengapa, bagaimana keluarnya, dan apa dampaknya bagi kita semua. Judul tulisan ini: “Yang kalah kita semua,” sekiranya tidak jadi slogan berlebihan. Itu realitas ekonomi dan sosial yang terjadi setiap detik, di setiap layar ponsel yang sedang berharap menang.

Puisi Penutup 

“Sudah lama telepon genggam saya menggenggam tangan saya.
Genggamannya lebih kuat dari genggaman tangan saya padanya.”
— Joko Pinurbo

Robby Effendi, Anggota KPU Sumut, Mahasiswa Magister Psikologi UMA

(*/Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved