Warga Mabar Hilir Curhat ke Wali Kota Medan Soal Banjir Lingkungan
Kondisi jalan kupak-kapik, dan air tergenang karena drainase masih rusak, dan sebagian tidak berfungsi karena tertimbun di tahun 2025.
Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Truly Okto Hasudungan Purba
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Jalan rusak dan banjir paling dikeluhkan oleh warga Mabar. Kondisi jalan kupak-kapik, dan air tergenang karena drainase masih rusak, dan sebagian tidak berfungsi karena tertimbun di sepanjang tahun 2025.
Keluhan mereka tercetus ke Wali Kota Medan RicoWaas di di halaman Kantor Lurah Mabar Hilir di Jalan Suasa Raya. Warga berdatangan membawa beragam unek-unek, mulai dari jalan rusak, drainase tersumbat, hingga banjir yang seolah tak kenal musim. Semua keluhan dirangkum di program Sapa Warga.
Bagi warga Mabar Hilir, kehadiran orang nomor satu di Kota Medan ini ibarat menemukan telinga yang mau benar-benar mendengar. "Kami cuma ingin bisa hidup tenang tanpa takut air masuk rumah setiap hujan turun,” ucap Ahmad Husni, warga Lingkungan XI, suaranya lirih tapi tegas.
Ia bercerita, setiap kali hujan deras, air meluap hingga menenggelamkan jalan Islamiyah. Motor mogok, anak-anak susah berangkat sekolah, dan jalan berubah jadi kubangan. “Drainasenya memang nggak ada, Pak. Jadi airnya ngumpul, jalannya rusak,” katanya lagi.
Mendengar keluhan itu, Rico Waas tampak mencatat dengan serius. “Kalau drainase dari arah Rumah Potong Hewan bisa ditembuskan, kita lanjutkan pembenahan di sini. Tapi kalau belum, percuma kita perbaiki sekarang. Jadi urutannya harus jelas, drainase dulu, baru jalan,” ujarnya tegas.
Di sudut lain, Tugino, warga Lingkungan II, turut menyampaikan keluhannya. Ia sudah lama resah dengan banjir yang kerap datang tiba-tiba. “Saluran air yang ke arah KIM itu kecil, Pak. Jadi kalau hujan lebat, airnya balik ke rumah kami. Belum lagi soal air sumur yang jadi hitam karena limbah pabrik,” katanya.
Baca juga: Bertahun-tahun Jalan Abdul Sani Mutalib Marelan Hancur, Motor Sering Tergelincir
Masalah air bersih ini rupanya juga menyentuh sisi kemanusiaan lain. Banyak warga yang kini bergantung pada air masjid untuk kebutuhan sehari-hari. “Masjid kami sudah masuk air bersih, jadi warga ramai-ramai ke sana ambil air,” kata Tugino.
Rico tak tinggal diam. Ia langsung memerintahkan Dinas Lingkungan Hidup untuk menindaklanjuti laporan warga itu. “Kirim teguran ulang ke perusahaan yang mencemari air warga. Undang mereka rapat, cari solusi, dan minta kontribusi nyata untuk masyarakat,” tegasnya.
Program Sapa Warga hari itu bukan sekadar forum keluhan. Suasana yang hangat dan terbuka membuat warga merasa didengar dan dihargai. Bahkan beberapa warga juga menyampaikan hal-hal lain yang sederhana tapi penting, lampu jalan mati, pengurusan KTP, honor bilal mayit dan guru magrib mengaji, hingga lahan kuburan yang sudah penuh.
Di akhir pertemuan, Rico Waas menegaskan satu hal: permasalahan banjir di Mabar Hilir bukan sekadar soal teknis, tapi soal keberpihakan. “Ini harus jadi perhatian khusus Pemko Medan. Kalau kita biarkan, warga akan terus menderita. Jadi, ayo kita tuntaskan sama-sama,” ujarnya. (dyk/Tribun-Medan.com)
| Sekitar 50 Persen Wilayah Medan Jadi Langganan Banjir |
|
|---|
| Atasi Banjir, Dinas SDABMBK Medan Segera Buat Kolam Retensi Tembung di Letsu-Titi Sewa |
|
|---|
| Hujan Deras Disertai Angin Kencang di Medan, Papan Reklame Besar Tumbang |
|
|---|
| Berita Foto: Kerap Banjir Selepas Hujan, Dampak Buruknya Saluran Drainase di Sari Rejo |
|
|---|
| WARGA MEDAN Batal Coblos Pilkada, Rumah Kebanjiran hingga TPS Tutup |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Program-Sapa-Warga-Sejumlah-warga-curhat-menyampaikan.jpg)