Medan Terkini

Warga Medan Utara Keluhkan Air Kecil dan Mati ke Wali Kota, hanya Mengalir Jam 3 Subuh

Pasokan air bersih sebagai kebutuhan dasar warga menjadi keluhan di Medan Utara.

Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/DEDY KURNIAWAN
KUNJUNGAN KERJA: Warga Medan Utara mengeluhkan pasokan air bersih saat Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas melakukan kunjungan kerja. (Tribun-Medan.com/Dedy Kurniawan) 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pasokan air bersih sebagai kebutuhan dasar warga menjadi keluhan di Medan Utara.

Kondisi pasokan air minim hingga mati di jam tertentu membuat warga resah 

Ikhsan warga Medan Deli harus bangun lebih awal dari biasanya. Dia harus menunggu air mengalir dari keran rumahnya sebelum jam 6 pagi.

"Kalau lewat jam enam airnya kadang kecil dan mati, jadi kami menampung yang keluar ke ember-ember pas tengah malam. Kadang jam tiga subuh baru ngalir dan tidak lama. Kalau siang sampai malam, ya sudah, kering," kata Ikhsan kepada Tribun-Medan.com, Kamis (14/8/2025). 

Krisis air bersih di kawasan Medan Utara bukanlah cerita baru.

Warga di Kecamatan Belawan, Medan Labuhan, hingga Medan Marelan, sudah bertahun-tahun mengeluhkan distribusi air PDAM Tirtanadi yang tak lancar.

Nisa Putri bilang, di Pasar III Marelan pada musim kemarau, kondisinya kian parah. Air kecil, sering tidak mengalir sama sekali, dan keruh. 

Tak sedikit warga yang akhirnya terpaksa membeli air galon isi ulang atau memanggil penjual air keliling untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Harganya pun tidak murah, satu drum air bisa mencapai Rp 10.000 hingga Rp25.000.

"Sekali isi drum cuma cukup buat mandi anak-anak. Cuci baju dan piring harus hemat-hemat. Kalau dihitung-hitung, bayar PDAM tetap jalan, beli air lagi, ya dobel keluar duit," katanya. 

Bagi warga yang bekerja di pelabuhan atau pasar, masalah air ini mengganggu aktivitas.

Beberapa rumah makan kecil di kawasan Medan Marelan bahkan mengaku kehilangan pelanggan karena tak mampu menjaga kebersihan optimal saat suplai air terhenti.

"Ya kalau air tak ada kayak mana lah masak cuci piring. Pernah dua hari tutup, rugi sekali," ujar Siti Halimah (52), pemilik warung nasi di kawasan Pasar III, Marelan.

Krisis air bersih di Medan Utara menjadi potret betapa infrastruktur dasar yang terbengkalai dapat memengaruhi kualitas hidup ribuan orang.

Di rumah-rumah sederhana yang mengandalkan ember dan bak kosong, cerita keluhan terus mengalir, meski airnya tidak.

Sebelumnya, kinerja layanan PDAM Tirtanadi jadi sorotan.

Warga merana selama tiga bulan tanpa pasokan air bersih yang layak di Kampung Nelayan Indah, Medan Labuhan yang berada di kawasan pesisir. 

"Anak kami gak mandi pagi kalau mau sekolah. Jam 3 pagi begadang mamak-mamak tunggu air. Sudah tiga bulan lebih kami merana, Pak. Begadang lah kami nunggu air, itu pun belum tentu ada, Pak," ucap seorang ibu ke Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas.

Mendengar penderitaan kaum ibu-ibu yang keseharian berjibaku dengan kompleknya urusan rumah tangga, Rico Waas langsung menarik telepon genggam di saku celananya. Rico menghubungi langsung seorang di seberang sambungan diduga pihak PDAM Tirtanadi, Hafiz.

"Pak, saya di Kampung Nelayan Indah, bapak coba cek, ini sudah tiga bulan gak ada air masuk di Blok F. Cek pak, 3 bulan merana orang disini. Bapak datang cek hari ini. Mereka nampung jam 3 pagi, itu pun kalau ada," kata Rico Waas dengan nada tegas. 

Terdengar suara balasan dari bias getar suara di seluler Rico Waas, hanya menyahut" Siap Pak, Siap Pak," Hafiz.

(Dyk/Tribun-Medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved