Breaking News

Berita Medan

Mimpi yang Melaju Bersama Bluebird: Cerita Perjuangan Ibnu Wandi untuk Anak

Wandi bercerita, semangat bekerja dilakukan untuk keluarga, terutama anak-anaknya agar bisa bersekolah lebih tinggi dan memiliki hidup yang layak.

|
Penulis: Ayu Prasandi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/AYU PRASANDI
Ibnu Wandi Nasution pengemudi taksi Bluebird saat ditemui di di Pool Blue Bird Jalan Kapten Muslim Medan, Jumat (4/7/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Di saat banyak orang masih terlelap, Ibnu Wandi Nasution sudah memutar kunci mobilnya. Pukul tiga dini hari, jalanan Kota Medan masih lengang, tapi bagi Wandi, di situlah langkah-langkah kecil menuju masa depan anak-anaknya dimulai.

Wandi, begitu ia akrab disapa menjalani profesinya sebagai pengemudi taksi Bluebird dengan penuh ketekunan. Bukan sekadar mengantar penumpang dari satu titik ke titik lain, setiap kilometer yang ia tempuh adalah bagian dari perjuangan besar, menyekolahkan anak-anaknya hingga bangku kuliah.

“Pukul 03.00 WIB, saya sudah standby jemput penumpang,” ujar Wandi saat ditemui di Pool Bluebird, Jalan Kapten Muslim, Medan, Jumat (4/7/2025).

Wandi bercerita, semangat bekerja dilakukan untuk keluarga, terutama anak-anaknya agar bisa bersekolah lebih tinggi dan memiliki hidup yang layak.

Ibnu Wandi Nasution pengemudi taksi Bluebird saat akan menjemput penumpang.
Ibnu Wandi Nasution pengemudi taksi Bluebird saat akan menjemput penumpang.

Sebelum menjadi pengemudi Bluebird, ayah 4 orang anak ini pernah bekerja di sebuah perusahaan di bidang kayu dan juga berwirausaha.

Usahanya yang tak berjalan mulus mengharuskannya, pria berusia 57 tahun ini mencari pekerjaan lain demi memenuhi kebutuhan keluarga.

17 September 2014, ia resmi bergabung menjadi pengemudi di Bluebird Medan.

Banyak kebaikan yang telah dirasakannya selama 11 tahun bekerja sebagai pengemudi Bluebird

Salah satunya adalah beasiswa untuk anak-anaknya.

"Program beasiswa Bluebird ini benar-benar membantu saya. Dari 4 anak, 3 orang mendapatkan beasiswa tersebut," ujarnya.

Dulu, ia adalah seorang peternak telur. Usaha rumahan yang tampak sederhana tapi menyimpan risiko besar. 

“Yang bikin susah itu, Pak, banyak yang utang tapi gak bayar. Kita yang repot,” kenangnya. 

Di usia yang sudah menginjak kepala empat saat itu, ia harus memulai dari awal, mencari pekerjaan baru, saat banyak pintu sudah tertutup karena usia.

Sampai akhirnya, matanya tertuju pada barisan taksi biru yang hilir-mudik di jalanan. 

Bluebird. Ia mencoba melamar dan mengikuti tes dan tak mudah, tapi ia berhasil. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved