Breaking News

Perang Israel Iran

Israel Minta Damai Duluan, Disebut Putus Asa Kena Gempur Rudal, Menteri Iran: Kami Bukan Lebanon

Namun, ia menegaskan bahwa Iran menolak segala bentuk gencatan senjata yang mengandung unsur negosiasi atau kesepakatan bersama.

istimewa
Imbas perang dengan Iran selama 12 hari, ekonomi Israel hancur lebur. 

TRIBUN-MEDAN.com - Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa Israel yang pertama kali meminta penghentian perang dengan Iran.

Menurutnya, permintaan tersebut muncul karena Israel mengalami keputusasaan setelah gelombang serangan rudal balasan dari Iran menyebabkan kerusakan signifikan di berbagai wilayahnya.

Araghchi menuturkan bahwa permintaan untuk mengakhiri konflik datang dari pihak Zionis, yang menawarkan kesepakatan gencatan senjata selama perang 12 hari.

Namun, ia menegaskan bahwa Iran menolak segala bentuk gencatan senjata yang mengandung unsur negosiasi atau kesepakatan bersama.

"Iran tidak pernah terlibat dalam perundingan apa pun terkait gencatan senjata," tegasnya dikutip dari Tehran Times, Sabtu (28/6/2025).

"Gencatan senjata menyiratkan kesepakatan dan negosiasi bersama.

"Yang terjadi adalah penghentian agresi secara sepihak oleh musuh setelah menyadari biaya yang harus dikeluarkan untuk melanjutkan perang."

"Kami tidak menerima konsep gencatan senjata jika itu menyiratkan negosiasi atau kompromi," katanya.

"Tidak ada negosiasi. Pihak penyerang terpaksa berhenti setelah tanggapan kami mengubah keseimbangan."

Lebih lanjut, Araghchi memperingatkan bahwa situasi tenang saat ini harus dihormati sepenuhnya.

"Namun Iran bukanlah Lebanon," ia menegaskan.

"Setiap pelanggaran terhadap ketenangan saat ini akan ditanggapi dengan respons langsung dan tegas."

Penegasan Iran terhadap negara-negara Arab

Terkait serangan rudal Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat di Qatar, Araghchi memberikan penjelasan bahwa target serangan semata-mata ditujukan pada militer AS.

"Saya sudah memberi tahu tetangga Arab kami sebelumnya bahwa jika AS menyerang kami, kami tidak punya pilihan selain menanggapi—dan tanggapan itu mungkin menargetkan infrastruktur militer AS yang berbasis di negara Anda," katanya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved