Perang Iran vs Israel

Timur Tengah Mendidih, 78 Tewas setelah Serangan Balasan Israel ke Iran , Incar Puluhan Target Vital

Timur Tengah bergolak hebat. Api konflik yang selama ini membara di bawah permukaan kini meledak terang-benderang.

|
Telegram resmi Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran
SERANGAN ISRAEL: Foto selebaran yang dirilis oleh saluran Telegram resmi Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Sepah News, pada tanggal 13 Juni 2025 dilaporkan menunjukkan asap mengepul dari lokasi yang menjadi sasaran serangan Israel di ibu kota Iran, Teheran, pada dini hari. 

Mereka mengibarkan bendera Iran dan mengarak potret Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, diselingi pekik kemarahan seperti “Matilah Israel, matilah Amerika!”.

"Berapa lama lagi kita akan hidup dalam ketakutan?" teriak Ahmad Moadi (62), seorang pensiunan, merefleksikan kegelisahan yang mencekam.

"Saya yakin harus ada tanggapan yang luar biasa, tanggapan yang pedas.”

Demonstrasi serupa dilaporkan juga menggema di kota-kota lain, menyuarakan sentimen serupa.

Moadi juga melontarkan sindiran pedas terkait agenda negosiasi nuklir Iran-Amerika Serikat yang dijadwalkan akhir pekan ini.

“Mereka telah membunuh begitu banyak profesor dan peneliti universitas, dan sekarang mereka ingin berunding?” ujarnya, menyoroti kontradiksi yang menyakitkan. Iran sendiri telah berulang kali menuding Israel sebagai arsitek di balik serangkaian pembunuhan ilmuwan dan sabotase fasilitas nuklir di negeri mereka.

Di balik riuhnya protes, sebagian besar wilayah Teheran justru terasa sepi, diselimuti ketakutan.

Antrean panjang tampak di sejumlah SPBU, dan Bandara Internasional Imam Khomeini ditutup total, menjadi saksi bisu ketegangan yang mengungkung. 

Di kawasan elit Nobonyad, tim penyelamat masih tanpa lelah menyisir puing-puing apartemen yang hancur, sementara keluarga korban berkumpul, ratapan pilu menyayat udara.

“Mereka ingin merampas kemampuan nuklir kami, itu tidak bisa diterima,” ucap Ahmad Razaghi (56) dengan suara tenang namun penuh bara.

Namun, di tengah puing-puing kesedihan, secercah harapan samar muncul. “Kalau Tuhan menghendaki, setidaknya sedikit kedamaian akan datang dari sini,” bisik Farnoush Rezaei (45), seorang perawat, mencoba memeluk secercah optimisme di tengah badai.

Seruan Mengejutkan dari Pengasingan: Putra Mahkota Iran Minta Aparat Belot dari Khamenei

Di tengah kancah konflik yang memanas, sebuah seruan mengejutkan datang dari pengasingan. 

Reza Pahlavi, putra mendiang Shah Iran, mendesak pasukan keamanan Iran untuk memisahkan diri dari pemerintahan Ayatollah Ali Khamenei.

Pahlavi, yang telah lama bermukim jauh dari tanah kelahirannya, secara terbuka menyalahkan Pemimpin Tertinggi Iran atas keterlibatan negara dalam pusaran perang ini, menggambarkan pemerintah Teheran sebagai entitas yang lemah dan terpecah belah.

"Iran bisa runtuh. Seperti yang telah saya katakan kepada rakyat saya, Iran adalah milik Anda dan milik Anda untuk direbut kembali. Saya bersama Anda. Tetaplah kuat dan kita akan menang," seru Pahlavi dalam pernyataan yang dirilis Jumat (13/6/2025).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved