Berita Viral

Pilu Kisah di Balik Suami Bunuh Istri 10 Hari Melahirkan, Ternyata Bayinya Belum Diberi Nama

Syamsudin tega menghabisi nyawa Sri Wahyuni yang baru 10 hari melahirkan bayi mereka di Desa Marada, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu

Kolase TribunLombok
SUAMI BUNUH ISTRI: Tangkapan layar sosok suami di Dompu (kiri) yang tega membunuh istrinya (kanan) yang baru 10 hari lalu melahirkan. Cara sadis pelaku habisi nyawa korban bikin tetangga syok. 

TRIBUN-MEDAN.com - Kasus pembunuhan dilakukan seorang suami, Syamsudin (28) terhadap istrinya, Sri Wahyuni (28) menyisakan duka mendalam sekaligus hidup yang memilukan bagi anaknya.

Diketahui, Syamsudin tega menghabisi nyawa Sri Wahyuni yang baru 10 hari melahirkan bayi mereka di Desa Marada, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (7/5/2025).

Korban meninggalkan dua orang anak, salah satunya masih berusia 10 hari.

SUAMI BUNUH ISTRI -  Pengakuan SYA (30) tega menghabisi nyawa sang istri SRI (28) di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (7/6/2025) dini hari.
SUAMI BUNUH ISTRI - Pengakuan SYA (30) tega menghabisi nyawa sang istri SRI (28) di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (7/6/2025) dini hari. (Tribunlombok.com)

Bahkan, sang bayi pun hingga kini belum diberi nama.

Kini, kerabat dekat korban, Mawar Yulia, membuka donasi untuk membantu kehidupan anak-anak yang ditinggalkan, sekaligus berencana mengadopsi bayi yang baru lahir tersebut.

“Namanya pun belum sempat diberi. Waktu saya tanya, neneknya juga bingung siapa namanya. Saya bilang, kalau mau biar saya yang carikan nama,” kata Mawar saat dihubungi Tribunlombok.com, Senin (9/6/2025).

Mawar mengaku memiliki ikatan yang sangat erat dengan keluarga korban. Meski tidak memiliki hubungan darah, keluarga Mawar telah dianggap sebagai bagian dari keluarga sejak lama.

“Orang tua saya, terutama mama, yang urus mereka dari kecil, bahkan sampai menikah. Orang tua korban sering ke rumah, kami beri lahan untuk berkebun. Hutangnya pun juga pernah mama saya bantu lunasi. Sudah seperti keluarga,” ujarnya.

Menurut Mawar, konflik rumah tangga korban mulai memanas setelah sang suami, yang bekerja sebagai kontraktor tambang, mengalami kesulitan ekonomi menyusul penutupan salah satu perusahaan tambang tempat ia bekerja.

Tekanan finansial akibat utang yang jatuh tempo pada tanggal 5 bulan ini disebut menjadi pemicu pertengkaran hebat, hingga berujung tragis pada kematian korban.

Kini, bayi yang masih berusia 10 hari dirawat oleh keluarga besar korban.

Mawar mengungkapkan keinginannya untuk mengadopsi anak tersebut, meski belum secara resmi membicarakan niat itu kepada keluarga besar karena masih dalam masa berkabung.

“Saya belum ngomong ke keluarga besar. Tapi saya sudah bilang, kalau memang mau anak ini hidup dan besar, biar sama saya saja. Tapi saya juga sadar tidak bisa menanggung semua sendiri. Saya juga punya tanggungan. Oleh karena itu saya ajak orang-orang untuk bantu, meski cuma Rp10.000 per orang, itu bisa bantu anak ini,” jelasnya.

Saat ini, donasi yang terkumpul baru mencapai Rp1,4 juta dari 20 donatur. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli susu, popok, dan kebutuhan dasar bayi selama sebulan ke depan.

Selain bayi, anak pertama korban yang berusia 8 tahun juga tetap menjadi perhatian Mawar dan keluarganya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved