Kisah Santo Jukir di Medan yang Menemukan Kebahagiaan Dari Bersyukur dan Ikhlas

Kerasnya kehidupan di Kota Medan riskan "menelan" para kaum papa. Mereka harus berjibaku bertahan agar tak menyerah kalah

|
Editor: Jefri Susetio
Istimewa
TUKANG PARKIR : Santo (52), tukang parkir yang sehari-hari beraktivitas di Jalan Abdullah Lubis berjuang tak ingin menyerah pada kerasnya kehidupan. 

TRIBUNMEDAN.COM, MEDAN - Kerasnya kehidupan di Kota Medan riskan "menelan" para kaum papa. Mereka harus berjibaku bertahan agar tak menyerah kalah.

Santo (52), tukang parkir yang sehari-hari beraktivitas di Jalan Abdullah Lubis berjuang tak ingin menyerah pada kerasnya kehidupan.  

Sejak 6 bulan terakhir, Santo tinggal di sebuah indekost berdinding tripleks berbingkai kayu beratapkan seng seluas 3 meter X 2 meter persegi. 

Baca juga: Gubernur Sumut dan Wakil Gubernur Salat Id Bersama Ribuan Warga Lubukpakam

 

Dalam indekost itu ia tidur tanpa alas kasur, tanpa bantal. Saban hari ia berbaring di lantai sekadar untuk beristirahat.

"Pukul 10.00 WIB saya mulai berangkat ke tempat parkir sampai malam. Saya ke lokasi parkir berjalan kaki. Apapun yang terjadi saya selalu ikhlas aja. Bersyukur dan ikhlas menjalani aktivitas sehari-hari," ujarnya saat berbincang. 

Santo tak henti menyeka keringat di wajahnya   dengan handuk kecil. Baginya, diberi kesehatan merupakan rezeki yang patut disyukuri dari Tuhan. 

"Saya bisa tidur, ada tempat berteduh   saja sudah cukup. Dan, bisa makan sehari-hari. Apapun yang diberikan Tuhan patut disyukuri," katanya. 

Sebelum menjadi tukar parkir enam bulan lalu,    ia bekerja dari satu kota ke kota lainnya. Ia merantau jauh dari keluarga yang berada di Kota Sibolga. 

Kendati ia sudah berpisah dengan istri dan    enam orang anaknya namun berusaha untuk bertanggungjawab. Penghasilannya dari juru parkir ditabung agar bisa mengirim keluarga. 

"Keadaan ekonomi yang memaksa untuk berpisah. Kini, saya cuma bisa mengirim uang jajan meski hanya Rp 50 ribu untuk keluarga," ujarnya.  

Menurutnya, sekecil apapun penghasilan yang diperoleh wajib ditabung dan disisikan untuk keluarga. Apalagi, ia bekerja keras merantau sekadar ingin bisa memberi untuk keluarga.  

Penghasilan sebagai juru parkir tidak-lah tetap. Sehari, ia bisa memperoleh Rp 100.000. Bila sepi hanya terima Rp 30.000. 

Baca juga: Sumut Terpilih Sebagai Lokasi Pemusatan Latihan Timnas U-17, Bobby Nasution Siapkan 3 Lapangan

 

"Untuk setoran parkir harian Rp 250.000. Tapi setoran sering meleset karena penghasilan tidak tentu. Jadi, saya tidak mungkin kan menyetorkan semuanya, lalu saya makan apa," katanya. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved