Berita Viral

SOSOK Pratama Wijaya Kusuma, Mahasiswa FEB Unila Tewas Diduga Disiksa Senior Saat Diksar Mahepel

Pratama meninggal dunia diduga karena ada tindakan kekerasan dari Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel).

Tribunlampung/Bayu Saputra
DIDUGA DISIKSA SENIOR - Mahasiswa menggelar unjuk rasa (kanan) di depan Rektorat Unila, Rabu (28/5/2025) setelah meninggalnya Pratama Wijaya Kusuma (kiri), mahasiswa jurusan bisnis digital FEB tahun 2024, Rabu (28/5/2025) sore. Pratama diduga meninggal akibat mengalami kekerasan setelah mengikuti diksar mahasiswa pecinta alam. 

"Kami dikumpulkan di Desa Talang Mulya, HP dan dompet dikumpulkan. Mulai kegiatan harus menyelesaikan dengan datang berenam dan pulang berenam," kata Faaris. 

Menurutnya. peserta diksar melakukan perjalanan sampai 15 jam lamanya dengan berjalan kaki mendaki, membawa tas, dan minim istirahat. 

Akibatnya peserta tidak kuat dan mulai muntah dan kaki lemah. 

"Tidak bisa pulang duluan atau istrahat panjang, istirahat hanya saja 5-30 menit. Jadi dalam perjalanan, teman saya kakinya sudah tidak kuat lagi karena membawa tas gunung yang berat. Bukannya beban dikurangi tapi malah kasih tongkat untuk berjalan," kata Faaris. 

Ia mengatakan, meskipun kaki gemetaran dan susah berdiri, mereka memaksakan diri sampai ke tujuan. 

Baca juga: Terungkap Gaji Adhi Kismanto, Orang Titipan Budi Arie di Kominfo, Padahal Cuma Lulusan SMK


"Kalau kami salah disuruh push up dengan 8 seri hukuman, 1 seri 25 kali push up dan itu kami harus melakukannya. Padahal 6 orang ini fisiknya berbeda-beda," imbuhnya. 

Faaris mengatakan, korban Pratama memiliki fisik yang lemah diantara peserta lainnya. 

Pada hari pertama saat melepas sepatu, kata Faaris, sudah terlihat kaki Pratama luka dan saat menurunkan tas gunung yang digendong, terlihat merah di bagian punggungnya. 

"Kami juga harus bangun tenda dengan kayu ranting, kalau tidak hafal yel-yel akan dihukum push up lagi," tambahnya. 

Menurutnya, panitia diksar selalu menyalahkan dirinya sebagai pemimpin karena tidak becus memimpin rombongan hingga ditampar semua peserta. 


Ia mengaku, pada suatu malam mereka dihukum seperti ditampar hingga 34 seri push up. 

"Panitia diksar bilang jangan berpura-pura lemah dan Pratama paling lemah yang paling banyak dapat penyiksaan," tutur Faaris. 

Malam-malam selanjutnya ia dan lima temannya mengalami kekerasan. 

"Saya tidak kuliah lagi di Unila dan sekarang berusaha cari kuliah lagi, kalau saya di sana tetap nilai dikendalikan dosen. Saya masuk Unila melalui jalur tes tertulis SBMPTN, saya sudah lepas dari Unila merasa bebas," tambahnya.

Ia mengatakan, dirinya berharap ke depan kejadian yang ia alami tidak terulang.

"Karena masalah ini pengkaderan menggantikan kekerasan fisik dan seharusnya tidak ada lagi. Tetapi alumni selalu ikut, diharapkan Mahepel dibekukan," pungkas Faaris.

 

Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id 

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved