Sumut Terkini

Eks Direktur KSPPM Parapat Delima Silalahi Dapat Teror, Ephorus HKBP: Pelakunya Kita Doakan

Mengetahui adanya teror yang didapatkan oleh eks Direktur KSPPM Parapat Delima Silalahi, Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan angkat bicara.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/MAURITS PARDOSI
TEROR HEWAN MATI: Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan. Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan angkat bicara terkait adanya teror yang didapatkan oleh eks Direktur KSPPM Parapat Delima Silalahi. 

"Pada pukul 8.15 WIB, eda yang sering di sini menemani kami membersihkan pekarangan di sini mengatakan bahwa ada paket datang," terang Delima Silalahi, Jumat (30/5/2025) sore.

Ia sudah curiga. Kotak tersebut terlalu ringan.

"Saat saya pegang, ternyata ringan kali. Todak ada alamat pengiriman maka kita bingung paketnya dari mana," terangnya.

"Lalu kita buka dan saya syok karena di dalamnya ada seekor burung yang sudah dalam keadaan mati dan berlumuran darah. Darah itu sudah kering, berada di atas tisu dalam kotak itu," lanjutnya.

Kado tersebut ia anggap sebagai teror. Dan, informasi ini dengan cepat beredar dan menjadi pembahasan di internal organisasi KSPPM. Berbagai komentar bermunculan. Menurutnya, kado tersebut adalah bentuk kekerasan simbolis.

"Kita dapat internal KSPPM langsung komunikasi secara online. Ini adalah bentuk kekerasan simbolik," terangnya.

Ia duga, hal ini terjadi berkaitan dengan pergerakan yang tengah mereka lakukan. Aliansi Gerakan Rakyat (Gerak) Tutup TPL telah turun ke jalan. Ditambah lagi, adanya sekelompok orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai Gerakan Masyarakat - Buruh Bersatu melakukan aksi pada tanggal 26 Mei 2025 di Toba menyuarakan agar Delima Silalahi, Roganda Simanjuntak, dan Rocky Pasaribu ditangkap.

"Patut kami duga ini adalah akibat pergerakan kita beberapa waktu terakhir ini soal tutup TPL. Dan pada demo yang dilakukan sekelompok orang yang menyebut diri buruh tepatnya pada tanggal 26 Mei 2025 lalu, ada menyebutkan bahwa harus dilakukannya penangkapannya tiga orang yakni: saya sendiri, Rocky Pasaribu, dan Roganda Simanjuntak," lanjutnya.

Walau tak bisa dipastikan penyebab dan pelaku pengiriman kado tersebut, ia merasa tindakan tersebut adalah upaya pembungkaman terhadap dirinya.

"Kami tak bisa pastikan bahwa itu memiliki korelasi. Tapi yang pasti, hal itu adalah bagian dari upaya pembungkaman dan teror terkait apa yang kita suarakan di Tano Batak ini," lanjutnya.

Dirinya tidak takut dengan teror seperti itu. Namun cara seperti ini adalah cara yang tidak elegan dan santun.

"Kami tak takut dengan teror seperti ini," sambungnya.

Hal ini juga mengingatkan dirinya saat perjuangan sebelumnya.

"Dulu, kita kerplap dapatkan teror melalui SMS, tapi itu kan tidak membuat kita takut. Kita anggap itu adalah orang-orang yang tak bertanggungjawab," sambungnya.

"Teror yang seperti ini adalah pengalaman perdana kita. Karena kita kasihan juga sama pelakunya. Ia mesti mengorbankan unggas. Artinya, pelaku memperlihatkan bagaimana ia tidak mencintai lingkungan," terangnya.

Dirinya akan tetap teguh menyuarakan kebenaran.

"Keluarga tetap memberikan semangat kepada saya agar tetap menyuarakan kebenaran," katanya.

(cr3/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved