Breaking News

Gempa di Pinangsori

Cerita Herianto Panggabean, Sejak 2006 Rasakan Gempa Bumi di Kecamatan Pahae Julu

Tepat pada tahun 2006, ia melihat sendiri bagaimana dampak gempabumi di kampungnya, Pahae Julu.

|
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/MAURITS
Proses pembersihan material longsor di Desa Hutabarat, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara masih terus berlanjut pada hari ini, Selasa (18/3/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, TARUTUNG - Seorang warga Kecamatan Pahae Julu mengisahkan traumatisnya  soal gempabumi.

Tepat pada tahun 2006, ia melihat sendiri bagaimana dampak gempabumi di kampungnya, Pahae Julu.

Gedung sekolah ambruk dan masyarakat sekitar berhamburan keluar rumah. 

Ketika mengalami gempa yang terjadi pada hari ini, Selasa (18/3/2025) pukul 5.23 WIB, ia teringat kembali gempabumi yang terjadi sebelumnya.

Seingatnya, sejak tahun 2006, ia sudah mengalami 4 kali gempabumi. 

Saat ia masih tidur pulas bersama anaknya, tiba-tiba gempabumi terjadi. Sontak, ia membuka pintu rumah dan melihat kondisi anaknya.

Gempabumi yang pertama tak berselang lama dengan gempabumi yang kedua. 

Walau tak begitu kuat guncangannya, ia sudah waspada dan senantiasa melihat kondisi anaknya.

Lalu, gempabumi yang kedua terjadi. Lampu padam. Warga sekitar berhamburan keluar rumah sambil menjerit.

"Gempa pertama tidak begitu kuat. Begitu ada gempa, kami langsung buka pintu rumah dan pastikan kondisi anak. Kita sudah sempat merasa tenang karena gempanya kita pikir sudah berhenti," ujar warga sekitar Herianto Panggabean (36), Selasa (18/3/2025). 

"Nah begitu gempa keduakalinya terjadi, lampu padam dan kita pun langsung berhamburan keluar rumah. Kita panik. Warga yang lain pun berteriak," sambungnya. 

Kepanikan menyelimuti warga sekitar. Ia langsung menyelamatkan anaknya dan membawa keluar. Perkakas dapur yang terhubung dengan arus listrik dan tabung gas elpiji segera dilepas. 

"Kami di sekitar sini lumayan ramai. Ibu-ibu langsung menjerit sembari keluar rumah. Tak ada yang berani lagi masuk rumah karena takut adanya gempa susulan," lanjutnya. 

Sejak gempabumi kedua, masyarakat tak berani lagi mausk rumah. Mereka takut terjadi gempa susulan.

Aktivitas di pagi hari sontak terhenti. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved