Binjai Terkini
RSUD Djoelham Binjai Angkat Bicara soal Tewasnya Pasien Cuci Darah, Ungkap Hal Ini Jadi Penyebabnya
RSUD Djoelham Binjai akhirnya angkat bicara dan membeberkan penyebab wafatnya seorang pasien bernama R Br Ketaren.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid | Editor: Randy P.F Hutagaol
Lanjut Tiopan, pada waktu itu ibunya menjalani cuci darah sudah memakan waktu satu jam lamanya.
Ia pun sempat meninggalkan ibunya untuk membeli perbekalan di Pasar Kaget Binjai.
"Saya lagi di luar memang untuk membeli perbekalan ibu saya di Pasar Kaget Kota Binjai. Karena kata dokter ibu saya sudah bisa pulang. Tiba-tiba kakak saya menelepon sambil menangis histeris. Di bilangnya ibu saya sudah meninggal," ujar Tiopan.
Begitu Tiopan balik ke RSUD Djoelham, ia melihat sudah ada satu unit mobil pemadam kebakaran.
Tiopan melihat petugas pemadam pada waktu itu memasukkan selang ke dalam ruangan Hemodialisa (HD).
"Sedangkan ibu saya, dadanya lagi ditekan-tekan. Dan saya mendengar perkataan tim medis waktu itu, menyatakan ibu saya meninggal dunia. Sepontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan "No Water". Ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah," ujar Tiopan.
"Ada petugas medis yang menyahuti pertanyaan saya, katanya kan sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak. Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu," sambungnya.
Karena merasa janggal dan ada yang tak beres atas kematian ibunya, pria yang juga seorang advokat ini mencari tau kebenarannya.
"Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian," kata Tiopan.
Bahkan menurut Tiopan dari informasi aplikasi Meta AI, kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius.
"Dan sampai saat ini apa karena kekurangan air membuat ibu saya meninggal dunia. Ini yang terus menghantui saya. Pada tanggal 15 Februari 2025 sewaktu ibu saya meninggal, saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur. Tapi sampai dengan sekarang tidak ada kepuasan bagi saya belum mendapat klarifikasi atas meninggal ibu tercinta saya," kata Tiopan.
Tak hanya itu, Tiopan juga menyampaikan pesan tertulis kepada pejabat di RSUD Djoelham terkait pelayanan publik di rumah sakit milik pemerintah itu.
"Dimana poin-poin pelayanan publik yang saya amati, akses lift untuk keluarga pasien tidak diberikan 1x24 jam. Lift itu hanya sampai pukul 18.00 WIB saja. Beberapa bagian bangunan lampunya remang tak layak. Air di kamar mandi rumah sakit ini juga kuning dan bau," kata Tiopan.
(cr23/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Pasar Tavip Kota Binjai Belum Juga Dihuni Pedagang, Jiji: Capek Merepet, Bibir Kita Sudah Dower |
|
|---|
| Nekat Edarkan Sabusabu, Warga Medan Amplas Diringkus Polisi di Kota Binjai |
|
|---|
| 2 Pria di Kota Binjai Diringkus, Polisi Sita 6,64 Gram Sabu yang Disimpan di Kotak Obat |
|
|---|
| Jaksa di Binjai Diduga Minta Uang Rp 20 Juta ke Keluarga Terdakwa dan Janjikan Hukuman Ringan |
|
|---|
| Aksi Pencurian Sepeda Motor di Binjai Terekam CCTV, Pelaku Ditangkap di Medan Sunggal |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/KONFRENSI-PRESS-Plt-Direktur-RSUD-Djoelham-Binjai.jpg)