Berita Viral

VIRAL Kakek di Gowa Diterkam Buaya saat Mau Komunikasi dan Beri Sesajen, Dianggap Jelmaan Keluarga

Viral di media sosial seorang kakek di Gowa, Sulawesi Selatan, diterkam buaya saat akan berkomunikasi dan memberi sesajen.

Editor: Liska Rahayu
Instagram @dasadlatif212
DITERKAM BUAYA - Tangkapan layar video pria diterkam saat memberi makan buaya di Cimory, Gowa, Sulsel dibagikan akun Instagram @dasadlatif212, Selasa (18/2/2025). Tangan korban hampir putus akibat gigitan tersebut. 

Pascakejadian ini, pihak Cimory berencana mengembalikan buaya tersebut ke BKSDA untuk menghindari insiden serupa di masa depan.

"Kami akan berkoordinasi dengan BKSDA untuk mengembalikan buaya tersebut karena hal ini berdampak kepada kami,"ucap Firman.

Terpisah Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa, Ratnawati mengatakan keberadaan buaya di Cimory karena permintaan BKSDA Sulsel.

Menurutnya, sesaat ditangkap oleh BKSDA saat banjir, pihak BKSDA meminta supaya buaya ditaruh sementara di Cimory.

"Saat itu buaya dalam pengaruh bius, sehingga diam tidak bergerak. Pada video pertama yang viral yang ada warga menangis, buayanya dalam posisi diam karena masih dalam pengaruh obat bius," jelas Ratna.

Di hari kedua, beberapa warga yang mengaku keluarga buaya kembali datang dan memaksa masuk Cimory.

"Petugas pengamanan di Cimory sudah melarang keras tapi warga tersebut tetap memaksa masuk. Bahkan kata petugas, mereka malah mau meminta buaya itu dibawa pulang ke rumahnya di Antang," katanya. "Dan kemungkinan besar pengaruh bius pada buaya sudah habis, sehingga buaya mulai beraksi, mungkin merasa terganggu," sambungnya.

Fenomena buaya kembaran manusia merupakan tradisi pra-Islam yang masih dianut oleh sebagian kecil masyarakat Sulawesi Selatan.

"Salah satu keunikan masyarakat di Sulawesi Selatan adalah tidak ada pengaruh Hindu dan Budha melainkan hanya kepercayaan lokal yang meyakini beberapa makhluk seperti pohon dan binatang memiliki roh," jelas Prof Suryadi Mappangara, Budayawan Sulawesi Selatan sekaligus Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas), Rabu (19/2/2025).

"Dan setelah Islam masuk, hal ini berbenturan dengan tradisi lokal bahkan beberapa diantaranya dianggap musyrik," pungkas Prof Suryadi.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved