Berita Nasional

Sindir Pemerintah Soal Pagar Laut Tangerang, Kholid Sang Nelayan: Dibeli Murah Rp 50 Ribu Per Meter

Awalnya, ungkap Kholid, pihak korporasi tiba-tiba akan mengurung lahan milik warga setempat, lalu memberinya uang muka.

Kolase Bangkapos.com / Tribun / Kompas.com
Nelayan komentari pagar laut di Tangerang 

Ia bahkan bersumpah memilih mati, jika sampai kehidupannya berada di bawah korporasi, bukan negara.

Meski demikian, Kholid mengaku negara seperti tak hadir membela rakyat kecil sepertinya.

 "Saya merasa, sebagai nelayan, sebagai petani, bukan diurus oleh negara, tapi diurus oleh korporasi."

"Makanya saya sebagai rakyat, petani, nelayan, enggak sudi dipimpin oleh korporasi. Nggak sudi! Lebih baik mati saya mah!" tegas Kholid.

Ia lantas menyindir pemerintah terkait apa yang dirasakannya.

Jika negara tak bisa melawan korporasi demi rakyat kecil, kata Kholid, maka dirinya lah yang akan turun tangan sendiri.

Kholid memastikan ia akan melawan korporasi, bahkan jika perlu mengerahkan rekan-rekan seperjuangannya.

"Saya pingin ngomong ama negara. Kalau negara nggak berani melawan korporasi, saya yang akan melawan!"

"Saya akan kerahkan rakyat Banten untuk melawan," kata Kholid.

"Walaupun (rakyat) kecil, saya berani. Harusnya negara yang punya alat, instrumen, untuk melindungi rakyat," pungkas dia.

Kholid diketahui merupakan nelayan asal Desa Kronjo yang termasuk vokal mendesak pemerintah untuk mengusut kasus pagar laut.

Ia juga termasuk nelayan yang hadir saat mediasi bersama Ombudsman RI pada Desember 2024.

Sebelumnya, Kholid mengaku, bersama rekan-rekannya, ia sudah melapor soal pagar laut.

Laporan itu diajukannya pada Desember 2024.

Bahkan, ia sempat audiensi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved