Berita Nasional

Sindir Pemerintah Soal Pagar Laut Tangerang, Kholid Sang Nelayan: Dibeli Murah Rp 50 Ribu Per Meter

Awalnya, ungkap Kholid, pihak korporasi tiba-tiba akan mengurung lahan milik warga setempat, lalu memberinya uang muka.

Kolase Bangkapos.com / Tribun / Kompas.com
Nelayan komentari pagar laut di Tangerang 

TRIBUN-MEDAN.com - Sosok Kholid, seorang nelayan jadi sorotan di tengah kontroversi pagar laut di Tangerang.

Kholid adalah nelayan dari Desa Krojo yang viral di media sosial Instagram dan TikTok di tengah kontroversi pagar laut di Tangerang.

Ia juga menyindir sikap pemerintah terkait pagar laut misterius sepanjang 30,16 kilometer di Tangerang tersebut

Kholid menjadi satu dari sekian nelayan yang terdampak buntut pagar laut tersebut.

Dia mengaku sudah sejak lama harus berhadapan dengan korporasi-korporasi dalam mempertahankan lahan.

Korporasi-korporasi itu ia sebut berkaitan dengan proyek strategis nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk (PIK).

 Ia bercerita, korporasi-korporasi itu menggunakan cara licik dalam membeli lahan milik warga di Tangerang.

Awalnya, ungkap Kholid, pihak korporasi tiba-tiba akan mengurug lahan milik warga setempat, lalu memberinya uang muka.

SOSOK Kholid Nelayan Viral Lantang Soal Pagar Laut di Tangerang, Sempat Keceplosan Sebut Nama Pelaku
SOSOK Kholid Nelayan Viral Lantang Soal Pagar Laut di Tangerang, Sempat Keceplosan Sebut Nama Pelaku (KOLASE/TRIBUN MEDAN)

"Si A punya tanah nggak mau jual, tiba-tiba diurug. Setelah diurug, disamperin, dikasih DP."

"Nggak diterima, tanah udah diurug. Diterima, nggak sesuai harganya. Ini kan sama dengan, 'Eh kasih, nggak?!'. Bedanya bukan mau dipukul, diurug dulu," tutur Kholid saat menjadi narasumber dalam siniar Abraham Samad SPEAK UP yang tayang pada Sabtu (18/1/2025).

Tak hanya lahan di darat, lanjut Kholid, tambak-tambak petani bandeng juga turut menjadi korban.

 "(Contohnya) saya petani tambak, ternak ikan bandeng, butuh sirkulasi air, (tapi) sungainya diurug."

"Begitu terus, akhirnya ikan bisa mati. Tiba-tiba (pihak korporasi) datang, 'udah dibeli aja, dijual aja'."

"Ya dijual lah, pusing. Dibeli murah Rp50.000 per meter," bebernya.

Atas hal itu, Kholid mengaku tak ingin dirinya berada di bawah kontrol korporasi.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved