Dairi Terkini

Aktivis Perempuan dan Anak, Jeny Ester Pandiangan Soroti Kasus Pelecehan yang Meningkat di Dairi

Aktivis perempuan dan anak, Jeny Ester Pandiangan mengaku miris melihat maraknya kekerasan seksual yang saat ini terjadi di Kabupaten Dairi.

TRIBUN MEDAN/HO
Jeny Ester Pandiangan saat menjadi pembicara dalam acara Panwaslu Kabupaten Dairi. 

TRIBUN-MEDAN.com, SIDIKALANG - Aktivis perempuan dan anak, Jeny Ester Pandiangan mengaku miris melihat maraknya kekerasan seksual yang saat ini terjadi di Kabupaten Dairi, Jumat (4/10/2024).

Jeny mengatakan sejak bulan Juni 2024 kekerasan seksual yang terjadi di Kabupaten Dairi semakin meningkat.

"Seperti yang kita ketahui sejak bulan 6 kemarin, ternyata kekerasan seksual bukannya semakin menurun, malah semakin meningkat. Dan ini yang sudah ter-publish oleh media ya. Jangan sampai seperti gunung es, di atasnya tampak rendah, tapi di bawahnya semakin ternyata tinggi, " ujarnya.

Adapun kasus kekerasan seksual terbaru yakni terjadi di Kecamatan Tanah Pinem, dimana seorang ayah yang sudah berusia 43 tahun tega mencabuli anak kandungnya sendiri yang masih berusia 12 tahun.

Terkait hal itu, Jeny meminta kepada seluruh pemerintah baik di tingkat kecamatan dan desa, untuk mengaktifkan kembali PKK dan Karang Taruna maupun lainnya.

"Kan tidak hanya masyarakat saja yang melakukan sosialisasi, tapi pemerintah melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, turun ke kecamatan - kecamatan. Aktifkan kembali itu PKK dan Karang Taruna, yang isinya penyadaran- penyadaran tentang kekerasan supaya masyarakat paham, " ujarnya.

Dirinya pun meminta kasus kekerasan seksual tidak dilakukan dengan cara berdamai.

"Kadang ada juga yang tidak sampai ke Kepolisian dan mereka berdamai. Nah efeknya apa, akhirnya pelaku tidak jera. Nah yang paling kita takutkan khususnya yang punya anak perempuan, jadinya tidak nyaman untuk beraktivitas. Jangankan orang luar, di rumah sendiri aja ayahnya sudah menjadi pelaku terhadap anaknya. Artinya ada darurat moralitas dalam kekerasan seksualitas ini, " tegasnya.

Tokoh agama dan tokoh masyarakat juga sangat berperan penting dalam menjaga untuk tidak terjadinya kekerasan seksual.

"Tokoh - tokoh ini lah yang di dengar oleh masyarakat. Contohnya di kasus Kecamatan Tanah Pinem, dimana kepala desa yang merupakan tokoh masyarakat langsung menyuruh untuk membuat laporan ke Polres. Jangan sampai di damaikan, kemudian di nikahkan di tempat, langsung saja ke aparat hukum. 

"Kasus di Tanah Pinem itu sudah bagus, karena ibunya langsung yang membuat laporan ke Polisi. Artinya kesadaran hukum harus di tingkatkan. Nah ini peran penting tokoh masyarakat dan tokoh adat, menginformasikan langsung kepada masyarakat bahwa ini kondisinya kekerasan seksual, dan kita laporkan ke Polisi. Kita lihat situasinya seperti apa, karena mereka yang di dengar oleh masyarakat, " kata Jeny.

(Cr7/tribun-medan.com)  

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved