UMKM
Tekuni Bisnis Cake sejak 2013, Tita Ali Berhasil Bawa Valena Cake Jadi Konsumsi PON XXI
Berdiri sejak tahun 2013, bisnis rumahan Valena Cake yang dikelola oleh sang owner Agustina Cequitita Ali Talia.
Penulis: Risya Fakhrana Nasution | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com , MEDAN - Berdiri sejak tahun 2013, bisnis rumahan Valena Cake yang dikelola oleh sang owner Agustina Cequitita Ali Talia, berhasil dipilih menjadi satu di antara menu yang turut meramaikan konsumsi PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Wanita berusia 45 tahun yang hobi membuat roti dan kue ini mengaku mendapat orderan nyaris seribu pcs roti dan kue per hari untuk mengisi konsumsi selama PON XXI berlangsung.
“Untuk PON ini luar biasa ya, kak. Karena kita harus menyediakan hampir seribu pcs per hari dengan beberapa varian berbeda,” ucap wanita yang akrab disapa Tita ini.
Mendapat orderan membeludak selama 12 hari berturut-turut, Tita pun menggaet UMKM lainnya untuk ikut terlibat menyediakan konsumsi PON XXI.
“Pesanan per harinya kan hampir seribu pcs ya kak, jadi saya ajak juga lah teman UMKM lain untuk mengisi varian kue basah. Hitung-hitung saling membantu,” ucapnya saat ditemui di rumah produksi Valena Cake, Jalan Kenanga Raya, Tanjung Sari, Kota Medan.
Ibu dari lima orang anak inipun menceritakan bagaimana sistem selama menjadi satu di antara penyedia konsumsi PON XXI.
“Jadi kak, menu nya direquest dari pihak PON. Jenis kue atau roti yang akan dikirim, sesuai permintaan mereka. Karena disanapun setelah roti sudah datang, dilakukan pemeriksaan kembali untuk kadar rotinya, seperti bahan maupun pengawet,” jelas Tita.
Ia pun harus menyelesaikan pesanan konsumsi PON sebelum penjemputan oleh pihak panitia pukul 5.30 WIB.
“Di jam 5.30 WIB, biasanya pihak PON akan menjemput roti-roti yang sudah jadi. Dan malamnya, keranjang akan dikembalikan ke saya untuk diisi kembali esok harinya,” ungkapnya.
Tita pun bercerita, awalnya ia merintis usaha cake dimulai dari dirinya meletakkan kue dagangannya ke kedai kopi Aceh hingga coffe shop.
“Awalnya, saya titip kue ke kedai kopi Aceh dan coffe shop, kak. Namun waktu itu hanya kue basah seperti kue sus dan kue lapis, masih belum banyak variannya,” katanya.
Demi terus meningkatkan kualitas dan rasa dari produk Valena Cake, ia pun sempat mengikuti kursus memasak hingga membuat menu Roti Kreak yang sempat viral di tahun 2015.
“Saya juga sempat kursus memasak. Saya belajar membuat roti, cake dan aneka bolu. Pada tahun 2015, saya membuat namanya Roti Kreak yang pada saat itu viral sekali. Jadi, Roti Kreak adalah roti gandum yang panjangnya satu meter. Rotinya tanpa telur dan di steam yang pada intinya roti ini makanan sehat, beserta saus cocolan racikan saya sendiri,” jelas Tita.
Produk Valena Cake dijajakan Tita hanya melalui media sosial dan koneksi antar kerabat. Meskipun belum memiliki offline store, Tita kerap mendapat orderan dalam jumlah banyak untuk mengisi konsumsi pada event-event besar.
“Lantaran saya belum membuka offline store, jadi roti-roti yang saya buat untuk kantin anak sekolah, acara perusahaan maupun penginapan yang tidak punya dapur bakery. Saya juga sempat memegang konsumsi untuk Paskibraka Sumut selama 12 hari. Dari mulai mereka latihan sampai hari-H, kak,” ucapnya.
Dengan begitu, Tita pun terus memperluas relasi agar Valena Cake semakin dikenal publik dengan mengikuti bazar dan bergabung dengan komunitas UMKM.
Tita mengatakan, perkembangan yang terjadi di bisnis cake nyaris mirip bisnis fashion. Yang mana, setiap waktu terus berkembang dan para owner dituntut untuk terus berinovasi.
“Perkembangan bisnis roti ini seperti fashion, kak. Jadi, kita harus kreatif dan terus berinovasi mengikuti perkembangannya dengan terus menghadirkan menu-menu baru seiring perkembangan trend,” jelas Tita.
Wanita berhijab inipun mengaku, hari besar sangat mempengaruhi naiknya jumlah orderan di Valena Cake.
“Kalau mau tahun baru dan lebaran juga ramai orderan, kak. Jadi untuk hari besar juga mempengarhui naiknya orderan di Valena Cake,” ucapnya.
Meski sudah hampir 11 tahun menekuni bisnis cake, Tita mengaku membuat kue dan roti memerlukan proses yang panjang dan usaha maksimal.
“Proses pembuatan roti ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. Karena kita tidak pakai pengawet, segala prosesnya harus dilalui dengan sabar. Misalnya untuk proses pengembangan, kita bergantung pada suhu dan cuaca. Kalau cuaca lagi panas, rotinya akan cepat mengembang. Tapi kalau musim hujan, butuh waktu hinga empat jam lamanya,” jelas Tita.
Tita berharap dikemudian hari, ia dapat membentuk sebuah wadah untuk mengumpulkan UMKM lain agar saling terhubung dan membantu.
“Kedepannya, saya ingin membentuk suatu wadah untuk membantu teman-teman UMKM dalam mengembangkan bisnisnya,” tutupnya.
(cr34/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Es Bubur Kesu, Lahir dari Ketan Hitam dan Kini Jadi Kuliner yang Viral di Kota Medan |
|
|---|
| Miesop Blitar Warisan Hadirkan Perpaduan Rasa Kaki Lima dalam Gaya Restoran |
|
|---|
| Angkat Citra Jajanan Tradisional, Kuwei Gunting Indonesia Modernkan Kue Gunting khas Tionghoa |
|
|---|
| Berawal dari Nastar, Silmarils Bakery Sukses Bertransformasi Menjadi Bake Shop dengan 80 Varian Menu |
|
|---|
| Mama Watt’s, Bisnis Patiseri yang Lahir dari Krisis Moneter 1998 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Tita-Ali-owner-Valena-Cake-sedang-mempersiapkan-Roti-Blueberry_1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.