Brandan Bumi Hangus, Perlawanan Terakhir Menghadapi Belanda, Kota Minyak Pertama RI Jadi Lautan Api

Pangkalan Brandan adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Langkat, Sumut, yang memiliki sejarah panjang dan penting dalam industri minyak bumi RI

|
Editor: Juang Naibaho
HO
Dokumentasi peristiwa Brandan Bumi Hangus pada 13 Agustus 1947. 

TRIBUN-MEDAN.com - Pangkalan Brandan adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara (Sumut), yang memiliki sejarah panjang dan penting dalam industri minyak bumi Indonesia.

Kota Pangkalan Brandan terkenal karena merupakan ladang minyak tertua di Indonesia dan telah dieksplorasi sejak zaman Hindia Belanda.

Di balik itu, Pangkalan Brandan menyimpan jejak sejarah perjuangan melawan Kolonial Belanda.

Perjuangan itu dikenal dengan sebutan Brandan Bumi Hangus, mirip dengan Bandung Lautan Api, yang terjadi pada 13 Agustus 1947.

Kini, setiap tanggal 13 Agustus, masyarakat Kota Pangkalan Brandan selalu mengadakan pawai untuk memperingati peristiwa bersejarah itu.

Dikutip dari berbagai sumber, peristiwa ini sebagai salah satu strategi pejuang sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi Belanda.

Seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Brandan dibakar para pejuang kemerdekaan, agar tidak jatuh ke tangan Belanda.

Baca juga: Ortu/Wali Murid SD Lentera Harapan Medan Protes Uang Sekolah Naik Drastis 40 Persen

Kuasai Ladang Minyak

Pada tahun 1883, sumur minyak bumi pertama kali ditemukan di Pangkalan Brandan oleh perusahaan Belanda.

Lokasi sumur minyak mentah itu kini dikenal sebagai Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lapan, Kabupaten Langkat.

Penemuan ini menjadi awal dari eksploitasi minyak bumi di Indonesia. Karena menjadi sumur minyak pertama di Indonesia, keberadaannya disebut sebagai Telaga Tunggal No 1.

Keberadaan minyak bumi ini pula yang menjadi alasan Kolonial Belanda untuk berupaya menguasai kota Pangkalan Brandan.

Pada saat Agresi Militer Belanda I tahun 1947, di wilayah Langkat terjadi perlawanan sengit terhadap pasukan Belanda.

Komando Langkat Area pun dibentuk, yang selanjutnya menyatu dengan militer dan laskar rakyat guna menghimpun kekuatan yang lebih besar dan kuat dalam menghadapi pasukan Belanda.

Perlawanan sengit yang dilakukan militer dan laskar pun berujung pada pertempuaran besar.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved