Kisah Batu Gantung Danau Toba Versi Cerita Rakyat dan Ahli Geologi

Objek wisata Batu Gantung di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatara Utara (Sumut) menjadi salah satu destinasi andalan di kawasan Danau Toba.

Editor: Juang Naibaho
Tribun Medan
Tebing lokasi Batu Gantung di kawasan Danau Toba, tepatnya di Parapat, Kabupaten Simalungun. Batu Gantung terlihat seperti panorama pahatan bebatuan yang unik. Sekilas, batu tersebut seperti seorang wanita dengan seekor anjing kecil di sampingnya yang bergantung. 

TRIBUN-MEDAN.com - Objek wisata Batu Gantung di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatara Utara (Sumut) menjadi salah satu destinasi andalan di kawasan Danau Toba.

Batu Gantung terlihat seperti panorama pahatan bebatuan yang unik di tebing yang cukup curam.

Batu itu seolah “tergantung”. Hanya sedikit bagian yang menempel di badan tebing bebatuan. Di bagian bawah tebing terdapat perairan Danau Toba.

Sekilas, batu tersebut seperti seorang wanita dengan seekor anjing kecil di sampingnya yang bergantung.

Keberadaan Batu Gantung ini lekat dengan cerita rakyat atau mitos. Kisah itu diceritakan secara turun tumurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Cerita itu terus berkembang di seputar kawasan Danau Toba. Tak lekang meskipun ahli geologi memperkirakan batu gantung itu tercipta dari lava andesit setelah terjadi letusan dahsyat Gunung Toba.

Bagaimana cerita rakyat tentang Batu Gantung?

Konon Batu Gantung merupakan penjelmaan seorang gadis bernama Seruni yang memilih mengakhiri hidupnya dengan lompat dari tebing ke Danau Toba.

Dikisahkan, pada zaman dahulu di sebuah desa di sekitar Danau Toba, hiduplah seorang gadis cantik bernama Seruni.

Seruni adalah anak tunggal dari pasangan petani yang sangat menyayanginya. Mereka hidup sederhana namun bahagia.

Suatu hari, Seruni jatuh cinta pada seorang pemuda dari desa lain. Sang pacar kemudian pergi merantau untuk memenuhi biaya pernikahannya bersama Seruni. Di tepi Danau Toba, Seruni terus menunggu sang kekasih hati.

Di sisi lain, orang tua Seruni ingin menjodohkan putrinya itu dengan pria lain yang lebih kaya. Pasalnya, sang ayah yang sehari-hari bekerja sebagai petani sekaligus nelayan terlilit utang yang sangat banyak.

Karena tidak sanggup membayar, ayahnya diminta menjodohkan Seruni dengan anak temannya. Tidak punya pilihan lain, ayah Seruni menyetujuinya.

Saat ayahnya sedang berbincang dengan sang ibu mengenai perjodohan itu, Seruni tidak sengaja mendengarnya. Ia pun menangis dan teringat akan janjinya kepada sang kekasih.

Keesokan harinya, Seruni berjalan ke Danau Toba dengan perasaan gundah gulana.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved