JEJAK Ludwig Ingwer Nommensen di Tanah Batak, Sempat Ditolak karena Dianggap Mata-mata Belanda
Ludwig Ingwer Nommensen merupakan sosok penting di balik penyebaran Kristen Protestan di Tanah Batak.
Masyarakat di sekitar Silindung terbagi dua. Sebagian menerima Nommensen, sebagian lainnya menolak. Meski begitu, Nommensen tetap berada di Tarutung dan memulai pelayanannya mengabarkan Injil.
Pada 27 Agustus 1865, Nommensen melakukan pembaptisan pertama kepada satu orang Batak. Di kemudian hari, Raja Pontas Lumban Tobing yang dulunya menolak Nommensen, juga meminta supaya ia dan keluarganya dibaptis.
Pada saat itu, Raja Pontas meminta supaya Nommensen pindah ke Pearaja. Setelah Raja Pontas dan keluarganya menjadi Kristen, masyarakat Silindung semakin banyak yang menjadi Kristen.
Pada tahun 1873, Nommensen mendirikan gedung gereja, sekolah, dan rumahnya di Pearaja. Sampai saat ini Pearaja tetap menjadi pusat Gereja HKBP.
Perkembangan misi yang dirintis Nommensen kian pesat setelah wilayah Silindung dan Toba berhasil ditaklukkan oleh Hindia Belanda.
Pada tahun 1881, Nommensen memindahkan tempat tinggalnya ke kampung Sigumpar. Di sanalah dia tinggal sampai akhir hayatnya.
Pada tahun kematiannya, Batakmission (cikal bakal Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)) mencatat jumlah orang Batak yang dibaptis telah mencapai 180.000 orang.
Ephorus Pertama HKBP
Nommensen tercatat sebagai Ephorus pertama Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Ephorus ini sendiri adalah pimpinan tertinggi dalam struktur HKBP.
HKBP masih eksis sampai sekarang, dan sudah menjadi organisasi keagamaan terbesar ketiga setelah NU dan Muhammadiyah.
Gereja HKBP pertama didirikan pada tanggal 7 Oktober 1861 di Sipirok Tapanuli Selatan, dan merupakan salah satu bentuk misi dari RMG melalui Nommensen serta para penginjil lainnya. HKBP memiliki kantor pusat di gereja HKBP Pearaja, Tarutung.
HKBP tidak hanya berbentuk gereja, ada pula yayasan pendidikan dari HKBP itu sendiri yaitu, Sekolah Tinggi Teologi HKBP Pematang Siantar, Sekolah Bibelvrouw HKBP Laguboti, dan Universitas HKBP Nommensen.
Nomensen menjabat sebagai Ephorus HKBP mulai dari tahun 1918 sampai akhir hayatnya.
Karena jasa-jasanya Nommensen juga diberikan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Bonn. Kerajaan Belanda juga pernah memberikan bintang kehormatan pada Nommensen dalam bentuk Officer Orde Oranye-Nassau.
Ludwig Ingwer Nommensen yang dikenal sebagai Rasul Orang Batak meninggal pada tanggal 23 Mei 1918 pada usia 84 tahun. Nommensen dimakamkan di tengah-tengah jemaat yang ia layani selama 57 tahun yaitu di Sigumpar, Kabupaten Toba.
| Mengenang Jejak Dr. Nommensen, Makamnya Jadi Situs Religi dan Cagar Budaya di Toba |
|
|---|
| JEJAK Munson dan Lyman: Misi Injil, Salah Paham, dan Warisan di Tanah Batak |
|
|---|
| Universitas HKBP Nommensen Gelar Wisuda 1.068 Lulusan, Ephorus HKBP Serukan Pelestarian Lingkunga |
|
|---|
| Sepakat dengan Ephorus HKBP, Ketua Yayasan Nommensen Serukan Tutup PT TPL |
|
|---|
| Wisuda Kampus HKBP Nommensen Siantar, Ephorus Kagum Beberapa Mahasiswanya Ternyata Muslim |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ludwig-Ingwer-Nommensen.jpg)