JEJAK Ludwig Ingwer Nommensen di Tanah Batak, Sempat Ditolak karena Dianggap Mata-mata Belanda

Ludwig Ingwer Nommensen merupakan sosok penting di balik penyebaran Kristen Protestan di Tanah Batak.

Editor: Juang Naibaho
Wikipedia
Ludwig Ingwer Nommensen, penginjil asal Jerman menyebarkan ajaran Kristen Protestan di Tanah Batak hampir 57 tahun lamanya. 

Di Barus, Nommensen banyak bertemu dengan masyarakat Batak. Saat itu umumnya masyarakat Batak berdagang di Pantai Barus.

Misi penyebaran Injil pertama kali dia lakukan di Barus, dengan harapan bisa menetap di daerah Toba.

Namun, pemerintah Belanda tidak memberikan izin mengingat daerah itu belum dikuasai.

Nommensen segera bergabung dengan penginjil lain yang berada di Sipirok dan mereka berdiskusi untuk pembagian wilayah tugas.

Nommensen mendapat bagian untuk daerah Silindung. Pada 11 November 1863, dia mengunjungi daerah Tarutung, dan diterima baik oleh Ompu Pasang. Wilayah kediaman Ompu Pasang masuk dalam wilayah kekuasaan Raja Pontas Lumbantobing.

Nommensen kemudian kembali ke Sipirok untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan dalam pelayanannya.

Setahun berikutnya dia kembali lagi ke Tarutung, namun tidak mendapat sambutan yang sama. Ia ditolak karena dianggap sebagai mata-mata kolonial yang ingin menguasai Tanah Batak, yang ketika itu masih merdeka. 

Nommensen lalu pergi ke desa lain hingga akhirnya sampai ke desa di bawah kekuasaan Raja Amandari Sabungan Lumban Tobing.

Ketika itu, terjadi wabah penyakit kolera yang melanda desa tersebut. Termasuk istri Raja Amandari Sabungan Lumban Tobing terjangkit wabah penyakit tersebut.

Saat Nommensen tiba di desa itu, Raja Amandari Sabungan Lumban Tobing sedang membawa istrinya yang sakit untuk berobat ke desa lainnya.

Melalui seorang utusan, Nommensen menyampaikan niatnya kepada Raja Amandari, namun ditolak.

Tak patah arang, Nommensen meminta utusan itu untuk kembali menemui Raja Amandari dengan pesan bahwa penyakit istri Raja Amandari akan hilang sekembalinya ia ke desanya.

Raja Amandari pun mengizinkan Nommensen tinggal di desanya bila perkataan Nommensen terbukti benar.

Penyakit istri Raja Amandari akhirnya sembuh. Raja Amandari kemudian mengizinkan Nommensen tinggal di rumahnya. Tak sampai di situ, Nommensen turut membantu mengobati masyarakat yang terjangkit wabah kolera.

Kabar ini sampai ke telinga Raja Pontas Lumban Tobing, yang kemudian berusaha memengaruhi raja-raja di Silindung supaya menolak Nommensen. Sebaliknya, Raja Amandari berusaha mempengaruhi raja-raja di Silindung untuk menerima Nommensen.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved