Liputan Khusus
Pesona Wisata Siosar di Karo Kini Memudar, Dulu Viral dan Jadi Primadona Pelancong
Kondisi Siosar di Kecamatan Merek, Kabupaten Tanahkaro, Sumut, masih menjadi perbincangan. Kawasan wisata menjadi primadona, kini memprihatinkan
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Juang Naibaho
Kondisi terkini di Siosar sangat disayangkan pemilik vila. "Tentunya, jelas sangat disayangkan, bagaimana kita lihat dulu Siosar sangat ramai dikunjungi, sekarang sudah berbanding terbalik," ujar pemilik villa, Jumat (17/5).
Apa langkah yang akan diambil, sebagai investor yang sudah cukup besar menaruh modal Siosar, ia mengaku sampai saat ini belum bisa membuat keputusan. Ia masih mempertahankan aset di Siosar sambil menunggu manajemen melakukan perbaikan.
"Ya, mau bagaimana lagi. Pengelolaan di sana secara umum kewenangan pengelola. Kalau kami kan cuma bisa perbaiki fasilitas di villa sama kompleks villa. Kami tunggulah bagaimana ke depan, semoga manajemen bisa bangkit," ucapnya.
Ia menambahkan, beberapa bulan terakhir kawasan tersebut sudah ditinggal wisatawan. Tamu villa, sejak awal tahun hampir tidak ada.
"Sudah berapa bulan inilah enggak ada tamu, makanya kadang kami yang nempati sekalian bersih-bersih," katanya.
Kafe dan beberapa tempat kuliner di Siosar sudah tutup akibat taka da wisatawan. Faktor yang mengemuka terkait anjloknya wisatawan ke Siosar adalah kutipan yang berlapis dan mahal serta biaya kuliner yang melambung.
"Kalau informasi yang kami dapat, sejak tahun lalu sudah banyak wisatawan yang mengeluh perihal banyaknya kutipan pengelola, bukan pungli, ya. Harganya yang tak terkontrol membuat wisatawan mulai meninggalkan objek wisata itu," ucap Munarta.
Kutipan berlapis yang diberlakukan pengelola di antaranya biaya masuk dan parkir. Selanjutnya, kutipan untuk menggunakan wahana, serta harga makanan dan minuman yang terlampau mahal membuat wisatawan hanya sekali berkunjung.
Ada dua postingan yang cukup menarik terkait keluhan masyarakat pascaberkunjung ke Siosar.
Postingan warganet di media sosial yang menunjukkan kondisi Siosar yang sudah sepi tanpa hiruk-pikuk wisatawan seperti awal kemunculannya, mendapat berbagai respons dari masyarakat, khusunya yang sudah cukup sering liburan di Kabupaten Karo.
Mereka menilai, saat ini wisata di Siosar kurang diminati akibat ada oknum-oknum yang merugikan wisatawan.
"Pungli banyak, dan semua kebutuhan di sana serba mahal," tulis pemilik akun Facebook Baginta Sembiring Brecharona.
"Semua terlalu mahal, pisang goreng aja pun Rp 10 ribu," tulis Nelly. "Gimana gak sepi, aku aja orang situ minum kopi Rp 40 ribu satu gelas. Wadahnya gelas plastik pula," tulis Pebri Gurki Sembiring.
Seorang wisatawan bernama Fitri mengaku, sudah beberapa kali ke Siosar. Namun, sejak pertama kali hingga terakhir ke objek wisata tersebut ia mengaku sudah tidak ingin lagi ke Siosar. Alasannya, banyak pengeluaran yang tidak masuk akal.
"Pertama ke sana masih enak, bayar pun cuma masuk depan aja itupun hitung kendaraan. Sekarang makin ngeri. Di depan bayar per orang. Masuk yang ada bolanya mau foto bayar lagi. Itu belum termasuk main perosotannya. Sudah cukuplah," ujar Fitri.
| PENYESALAN Warga Medan Ikut Parkir Berlangganan, Sudah Bayar Setahun Tapi Tetap Diminta Tunai |
|
|---|
| Miris, Bayi Meninggal Dunia Diduga Terpapar Cat dari Bengkel Mobil di Medan |
|
|---|
| KAPOLRI Larang Anggota Tilang Manual, Polisi Sekarang Disuruh Jaga di Pos Saja |
|
|---|
| Hasil Judi Rp 21 Miliar Disita Polda Sumut dari Bos Judi Online |
|
|---|
| Masuk Kedokteran USU Rogoh Kocek Rp 100 Juta, Sumbangan Pengembangan Institusi Dipatok Rp 75 Juta |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/wisata-siosar-di-karo-sepi.jpg)