PDI Perjuangan Sumut
Politisi PDIP Sutrisno Pangaribuan: Pembantah Ahok di Pilgubsu Dipastikan Kelompok Mafia dan Preman
Menurut Politisi PDIP Sumut Sutrisno Pangaribuan, penolakan terhadap Ahok di Pilkada Sumut dipelopori oleh kelompok elit Parpol, Ormas, kelompok mafia
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Kabar Ahok digadang-gadang menjadi Bacalon Gubernur Sumut menimbulkan pro dan kontra.
Menurut Politisi PDIP Sumut Sutrisno Pangaribuan, penolakan terhadap Ahok di Pilkada Sumut dipelopori oleh kelompok elit Parpol, Ormas, kelompok mafia dan preman.
"Kelompok yang selama ini mendapat keuntungan pribadi dan kelompok atas buruknya tata kelola pemerintah daerah. Isu putra daerah pun dihembuskan, agar publik menolak Ahok,"kata Sutrisno di Medan, Rabu (15//5/2024).
Paradigma Sutrisno, para elit membayangkan seperti anak kecil seperti saat Ahok menuliskan “pemahaman nenek lu” di pembahasan APBD DKI Jakarta.
Pengalaman elit di DKI Jakarta tidak ingin dialami para elit di Sumut.
Para ketua akan kehilangan harga diri dan pengaruh jika berhadapan dengan Ahok.
APBD tidak lagi dapat dikelola seperti selama ini, sehingga peluang “bermain” sangat kecil.
Sejak Pilkada langsung, di Sumut 2008, hanya Syamsul Arifin (Gubsu 2008-2013) yang lahir di Medan (25/9/1952). Sedang Gatot Pujo Nugroho (Gubsu 2013-2018) lahir di Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah (11/6/1962).
Kemudian Edy Rahmayadi (Gubsu 2018-2023), lahir di Sabang, Aceh (10/3/1961). Maka isu putra daerah tidak relevan kepada Ahok yang lahir di Manggar, Belitung (29/6/1966).
Isu putra daerah dihembuskan kembali oleh elit politik karena takut kalah bersaing dengan Ahok.
Sosok Ahok dianggap mengganggu skenario politik yang telah dirancang dan disusun. Padahal Ahok sama sekali belum melakukan “aksi” atau deklarasi diri.
"Nama Ahok yang oleh elit partai disebut wacana seorang kader, ternyata cukup mengusik eksistensi elit,"ujar mantan Anggota DPRD Sumut ini.
Sebagai aspirasi arus bawah, kata Sutrisno nama Ahok sangat mengganggu para elit.
Mereka kuatir jika Ahok sungguh- sungguh maju di Pilgub Sumut. Sebab pesona Ahok masih terlalu kuat dibandingkan Cagub lainnya. Ahok tidak butuh modal besar dalam Pilgub karena tidak perlu “money politics”. Ahok akan dipilih meski tanpa memberi hadiah atau janji, uang atau sembako seperti calon lainnya.
Sementara para calon lain pasti tidak akan berani maju tanpa politik uang dan sembako. Sehingga tidak pernah kita disuguhi informasi tentang ide, gagasan, dan program politik oleh para cagub. Tidak ada Cagub dengan prestasi spektakuler yang mampu mengimbangi pesona Ahok.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/kolase-foto-ahok-sutrisno.jpg)