Breaking News

Tribun Wiki

Mengenal Suku Tujia China, Punya Tradisi Unik, Wanita Harus Menangis 30 Hari saat Akan Menikah

Suku Tujia di China punya tradisi unik, yakni menangis selama 30 hari bagi kaum wanita yang hendak melaksanakan pernikahan

Editor: Array A Argus
Boombastis
Suku Tujia di China memiliki tradisi unik, dimana setiap wanita yang menikah akan menangis 30 hari lamanya 

Sepuluh hari kemudian, ibunya bergabung dengannya, menangis bersamanya.

Sepuluh hari kemudian, sang nenek bergabung dengan putri dan ibunya untuk menangis bersama mereka.

Baca juga: Mengenal Tradisi Punggahan Menyambut Bulan Ramadan di Sumut

Saudari dan bibi dari pengantin wanita, jika ada, juga harus ikut menangis.

Pengantin wanita mungkin menangis dengan cara yang berbeda dengan kata-kata yang beragam pula, bahkan ada nyanyian yang membantu meningkatkan suasana pernikahan, yaitu ‘Lagu Tangisan Pernikahan’.

Yang jelas, menangis di pesta  pernikahan ini bukan berarti menangis duka, namun cara adat memicu kebahagiaan pernikahan melalui kata-kata sedih yang palsu.

Dalam perjodohan China zaman dulu, memang cukup banyak pengantin yang menangisi pernikahan mereka yang tidak bahagia, bahkan kehidupan mereka yang menyedihkan.

Mengumpat pada mak comblang, dulunya merupakan bagian penting dari ritual ‘tangisan pernikahan’ sekaligus bagian yang paling memberontak.

Baca juga: 10 Tradisi Unik Perayaan Paskah yang Ada di Berbagai Belahan Dunia

Dalam masyarakat lama, wanita terikat oleh apa yang disebut ‘tiga ketaatan dan empat kebajikan’, sehingga tidak memiliki suara dalam pernikahan mereka, yang semuanya diatur oleh mak comblang dan orang tua.

Maka, pengantin wanita sering kali memaki mak comblang sebelum melangkah ke dalam mobil pernikahan, yang dilihat sebagai bentuk ketidakpuasan dan kebencian mereka terhadap sistem perkawinan lama.

Hal itu tercermin dalam opera lokal dan bentuk seni rakyat lainnya.

Dalam sebuah adegan yang disebut ‘Yingtai Bersumpah di Matchmaker’ di Opera Sichuan pada pencinta kupu-kupu.

Dalam opera tersebut, Zhu Yingtai dengan keras memarahi mak comblang dengan kata-kata menangis yang tajam, yang menunjukkan karakternya yang kuat dan kebenciannya terhadap sistem feodal.

Baca juga: Mengenal Tradisi Mandi Balimau di Sumatera Barat dalam Menyambut Bulan Suci Ramadan

Adegan tersebut dihapus, karena kebiasaan mengumpat pada mak comblang tidak lagi ada di banyak tempat, terutama di kota-kota.

Sementara, di pedesaan, mak comblang masih memainkan peran penting dalam pernikahan, yang membuat wanita terus bersumpah pada mereka dalam ritual tangisan pernikahan.

Namun, dikatakan bahwa mak comblang tidak pernah takut dimarahi, yang berarti mereka tidak akan pernah menyingkirkan nasib buruk, karena karakter China untuk mak comblang adalah homonim untuk nasib buruk.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved