Tribun Wiki
Mengenal Suku Tujia China, Punya Tradisi Unik, Wanita Harus Menangis 30 Hari saat Akan Menikah
Suku Tujia di China punya tradisi unik, yakni menangis selama 30 hari bagi kaum wanita yang hendak melaksanakan pernikahan
TRIBUN-MEDAN.COM,- Tiap suku bangsa yang ada di dunia ini memiliki beragam kebiasaan, termasuk tradisi unik seperti suku Tujia.
Adapun suku Tujia ini menetap dan tinggal di Provinsi Sichuan, China Barat Daya.
Dalm hal kebiasaan, suku Tujia punya tradisi unik yang biasa dilakukan kaum wanita.
Bagi wanita yang menikah, mereka akan melakukan ritual menangis 30 hari, sejak pesta pernikahan digelar.
Dikutip dari intisari.grid.id, kebiasaan menangis 30 hari yang dilakukan wanita suku Tujia ternyata sudah berlangsung sejak lama.
Baca juga: Sejarah Tradisi THR di Indonesia, Sudah Ada Sejak Tahun 1951
Bahkan, tradisi unik ini berlangsung hingga akhir Dinasti Qing (1644-1911).
Meski tidak sepopuler sebelumnya, tapi tradisi ini masih bertahan.
Sebab, jika wanita yang akan menikah tidak menangis 30 hari, maka para tetangga akan menadang rendah dirinya sebagai gadis yang kurang berbudaya dan akan menjadi bahan tertawaan desa.
Bahkan, ada kasus di mana pengantin wanita dipukuli ibunya karena tidak menangis di pesta pernikahan, melansir China Daily.
Selama Periode Negara-negara Berperang (475-221 SM), seperti yang diungkapkan oleh catatan sejarah, putri Negara Zhao menikah dengan Negara Yan untuk menjadi seorang ratu.
Baca juga: Sejarah dan Tradisi Halal Bil Halal saat Hari Raya Idul Fitri
Ibunya, saat titik keberangkatan putrinya, menangis di kakinya dan memintanya untuk kembali ke rumah sesegera mungkin.
Belakangan, kisah itu disinggung sebagai asal mula ritual ‘tangisan pernikahan’.
Di Provinsi Sichuan barat, kebiasaan ini disebut ‘Zuo Tang (duduk di aula)’.
Biasanya, pengantin wanita mulai menangis sebulan sebelum hari pernikahan.
Saat malam tiba, pengantin wanita berjalan di dalam aula dan menangis selama sekitar satu jam.
Sepuluh hari kemudian, ibunya bergabung dengannya, menangis bersamanya.
Sepuluh hari kemudian, sang nenek bergabung dengan putri dan ibunya untuk menangis bersama mereka.
Baca juga: Mengenal Tradisi Punggahan Menyambut Bulan Ramadan di Sumut
Saudari dan bibi dari pengantin wanita, jika ada, juga harus ikut menangis.
Pengantin wanita mungkin menangis dengan cara yang berbeda dengan kata-kata yang beragam pula, bahkan ada nyanyian yang membantu meningkatkan suasana pernikahan, yaitu ‘Lagu Tangisan Pernikahan’.
Yang jelas, menangis di pesta pernikahan ini bukan berarti menangis duka, namun cara adat memicu kebahagiaan pernikahan melalui kata-kata sedih yang palsu.
Dalam perjodohan China zaman dulu, memang cukup banyak pengantin yang menangisi pernikahan mereka yang tidak bahagia, bahkan kehidupan mereka yang menyedihkan.
Mengumpat pada mak comblang, dulunya merupakan bagian penting dari ritual ‘tangisan pernikahan’ sekaligus bagian yang paling memberontak.
Baca juga: 10 Tradisi Unik Perayaan Paskah yang Ada di Berbagai Belahan Dunia
Dalam masyarakat lama, wanita terikat oleh apa yang disebut ‘tiga ketaatan dan empat kebajikan’, sehingga tidak memiliki suara dalam pernikahan mereka, yang semuanya diatur oleh mak comblang dan orang tua.
Maka, pengantin wanita sering kali memaki mak comblang sebelum melangkah ke dalam mobil pernikahan, yang dilihat sebagai bentuk ketidakpuasan dan kebencian mereka terhadap sistem perkawinan lama.
Hal itu tercermin dalam opera lokal dan bentuk seni rakyat lainnya.
Dalam sebuah adegan yang disebut ‘Yingtai Bersumpah di Matchmaker’ di Opera Sichuan pada pencinta kupu-kupu.
Dalam opera tersebut, Zhu Yingtai dengan keras memarahi mak comblang dengan kata-kata menangis yang tajam, yang menunjukkan karakternya yang kuat dan kebenciannya terhadap sistem feodal.
Baca juga: Mengenal Tradisi Mandi Balimau di Sumatera Barat dalam Menyambut Bulan Suci Ramadan
Adegan tersebut dihapus, karena kebiasaan mengumpat pada mak comblang tidak lagi ada di banyak tempat, terutama di kota-kota.
Sementara, di pedesaan, mak comblang masih memainkan peran penting dalam pernikahan, yang membuat wanita terus bersumpah pada mereka dalam ritual tangisan pernikahan.
Namun, dikatakan bahwa mak comblang tidak pernah takut dimarahi, yang berarti mereka tidak akan pernah menyingkirkan nasib buruk, karena karakter China untuk mak comblang adalah homonim untuk nasib buruk.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/tradisi-menangis-30-haro-suku-Tujia-china.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.