Berita Viral

HUT KE-72 KOPASSUS: Disegani Pasukan Khusus di Seluruh Dunia, Hingga Kisah Serda Ucok Simbolon

Upacara peringatan HUT ke-72 Kopassus itu digelar di Lapangan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur.

Editor: AbdiTumanggor
istimewa
HUT KE-72 KOPASSUS: Disegani Pasukan Khusus di Seluruh Dunia, Hingga Kisah Serda Ucok Simbolon (istimewa) 

“Makanya satu-satunya orang yang bisa masuk adalah instansi polisi (polda),”pungkasnya.

Serda Ucok Tigor Simbolon (HO)
Serda Ucok Tigor Simbolon (HO)

Serda Ucok masuk ke Lapas untuk mencari pelaku penganiayaan dan pembunuhan terhadap Serka Heru. Empat orang tewas preman diberondong peluru AK-47.

Keempatnya adalah Yohanes Juan Manbait, Gamaliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, dan Hendrik Benyamin Sahetapy Engel.

Keempatnya bertanggung jawab atas kematian anggota Kopassus Serka Heru Santoso. Atas perbuatannya itu, Serda Ucok divonis 11 tahun penjara.

Selain itu, Serda Ucok yang merupakan anggota Kopassus Group II Kandang Menjangan Kartasura harus dipecat dari kesatuan.

Meski bertanggung jawab atas perbuatannya, Serda Ucok sempat memohon untuk diberi kesempatan tetap berada di kesatuan.

Ucok pun menegaskan, akan tetap tinggal di Yogyakarta untuk memberantas preman.

"Apabila selesai menjalani hukuman, saya akan tinggal di Yogyakarta, bersama-sama memberantas preman," kata Ucok dengan tegas setelah menerima putusan di Dilmil II-11 Yogyakarta, pada Kamis 5 September 2013 silam.

Sikap ksatria Serda Ucok Simbolon ternyata mendapatkan dukungan masyarakat luas.

Ia disambut gegap gempita lantaran Ucok bersama 11 anggota Kopassus lainnya dianggap telah berjasa dalam memberantas preman.

Setelah vonis 11 tahun, Serda Ucok pun bebas dari hukumannya.

Dikabarkan, Ucok bergabung kembali kedalam satuan telik sandi atau intelijen di Grup 3/Sandhi Yudha yang bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.

Namun kabar bergabungnya Serda Ucok ke Grup 3 hingga hari ini belum terkonfirmasi kebenarannya. Diketahui, Satuan Kopassus ini memiliki spesifikasi tugas perang rahasia ‘Clandestine Operation’, termasuk kemampuan dalam intelijen tempur atau combat intell,dan counter insurgency (kontra pemberontakan).

Pasukan ini malang melintang di berbagai operasi, baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu operasi sukses yang dijalankan adalah saat melakukan operasi rahasia di negara Belanda.

Kasad Jenderal Maruli Simanjuntak.
Kasad Jenderal Maruli Simanjuntak. (TRIBUN MEDAN via Dispenad)

Sosok Maruli Simanjutak yang bela anak buah

KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak adalah sosok pemimpin yang selalu membela bawahan atau prajurit-prajuritnya.

Meski demikian, jika prajurit-prajuritnya itu melakukan kesalahan, dia tak segan akan memberikan tindakan tegas sesuai dengan aturan yang berlaku.

Seperti pada tahun 2013 silam, KSAD Maruli Simanjuntak sempat menjadi saksi yang dihadirkan oleh Serda Ucok Simbolon.

Pada saat itu, Maruli Simanjuntak masih berpangkat Letkol (Inf) yang menjadi Komandan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura. 

Pemilik nama Serda Ucok Tigor Simbolon itu tergabung ke dalam Anggota Kopassus Grup II Kandang Majenang Kartasura.

Serda Ucok terlibat dalam kasus pembunuhan narapidana di lembaga pemasyarakatan atau lapas Kelas II B Cebongan, Sleman, Yogyakarta pada 2013 lalu.

Dalam sidang berkas pertama dengan terdakwa Serda Ucok Tigor Simbolon, Serda Sugeng Sumaryanto, dan Koptu Kodik pada 2013 silam yang menghadirkan 3 saksi di antaranya Komandan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartosuro, Letkol (Inf) Maruli Simanjuntak, Komandan Latihan Kopassus Letkol Burhan Samsudin, dan Komandan Tim B Kopassus Sertu Khasmudin.

Dalam kesaksiannya, Maruli Simanjuntak mengatakan bahwa 12 pelaku penyerangan Lapas Cebongan adalah anggotanya.

Seluruh terdakwa pelaku penyerangan Lapas Cebongan ini menyesali perbuatannya dan meminta maaf karena tindakan mereka menyulitkan TNI. 

Selain itu, Maruli juga mengakui memiliki tugas melakukan pembinaan terhadap anggotanya.

Maruli menyebut bahwa terdakwa Serda Ucok memiliki sejumlah prestasi seperti kemampuan tracking HT secara otodidak. Ia bahkan pernah menjadi tim evakuasi saat erupsi Merapi. 

Jenderal TNI Maruli Simanjuntak memang seorang pemimpin yang sangat mengayomi dan membela bawahannya.

Terbaru, ia tampak membela para oknum TNI yang melakukan penganiayaan terhadap relawan Ganjar Pranowo di Boyolali, Jawa Tengah.

Meski dia juga tegas menindak anak buahnya yang melanggar aturan.

"Coba analisa kejadian itu jangan hanya berdasarkan video pendek saja yang durasinya beberapa detik itu, lalu langsung mengambil kesimpulan. Itu terjadinya jam 11.19 WIB,” kata Maruli Simanjuntak dalam program Rosi di YouTube Kompas TV.

“Mereka sudah berputar-putar sejak pukul 09.00 WIB. Kalau kita lihat di video itu, mereka sudah pulang pergi delapan kali di depan batalyon. Mereka sudah berulang kali diingatkan. Sekian persen dari mereka itu mabuk," lanjut Maruli.

Selain itu, Maruli Simanjuntak juga menepis bahwa aksi tersebut telah direncanakan.

Ia mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi lantaran ada aksi dan reaksi. Sebab, ketujuh pengendara motor relawan Ganjar itu memakai knalpot brong dan dianggap mengganggu.

"Ya maksudnya ada aksi ada reaksi ya. Kalau disebutnya ada rencana pencegatan, lalu dimasukan ke dalam asrama, ini kan cara berpikirnya (tidak masuk akal). Mana sempat ketika mendengar suara bising, lalu terpikir rencana itu. Normal saja berpikirnya," ujar dia lagi.

“Mereka kan kondisi mabuk, tanyakan saja sama orang rumah sakit. Ya kalau pakai batu, masak seminggu sembuh. Pasti hancur kalau pakai batu. Itu akan terungkap di sidang. Dia punya pembelaan, nanti kita juga ada pembelaan. Jangan dihiperbolakanlah,” tegasnya kepada Rosi Kompas TV.

(*/tribun-medan.com)

Baca juga: PROFIL Danjen Kopassus Mayjen Djon Afriandi Sopiri Luhut, Sintong, dan Maruli Naik Kendaraan Taktis

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

Artikel ini sebagian diolah dari Tribunnews.com

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved