Sumut Terkini

Pengamat Politik Sumut Nilai Keterpurukan PPP Bisa Saja Dampak Brutalitas Pemilu

Pada pemilihan 14 Februari PPP yang berkoalisi mendukung Ganjar dan Mahfud MD tercatat meraih 5.878. 777 suara. 

Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Ayu Prasandi
HO
Plt Ketua PPP Mardiono saat membuka musyawarah wilayah di Sumatera Utara beberapa waktu lalu. 

TRIBUN-MEDAN. com, MEDAN - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gagal menembus Senayan. Berdasarkan hasil pemilu 2024 yang disampaikan KPU, partai berlambang Ka'bah itu hanya meraih 3,8 persen sehingga tidak memenuhi ambang batas parlemen sebesar 4 persen. 

Sebagai partai senior kegagalan PPP meraih kursi DPR mengejutkan.

Pada pemilihan 14 Februari PPP yang berkoalisi mendukung Ganjar dan Mahfud MD tercatat meraih 5.878. 777 suara. 

Pengamat Politik dari Universitas Muhamadiyah Sumut Sohibul Ansor menilai, nasib PPP sebagai partai senior kalah dalam pemilu 2024 tak bisa dilepaskan dari jalan politik partai. 

Hal itu pun meninggalkan kesan jika PPP mengalami brutalitas politik. 

"Tetapi kesan umum pemilu 2024 sebagaimana ditegaskan mantan wapres JK, yakni brutal, timbul dugaan jangan jangan nasib PPP diakibatkan brutalitas pemilu itu," kata Sohibul kepada tribun-medan.com, Jumat (22/3/2024). 

Selain itu, PPP sebut Sohibul dikenal sebagai partai berbasis IslamI terlihat masih canggung membangun citra sebagai  partai yang moderat. 

PPP menurut Sohibul gagal menyatukan persepsi keagamaan dan kenegaraan sehingga dapat menarik orang untuk bergabung di dalamnya. 

Dibandingkan PKB yang saat ini jauh berkembang dan memiliki basis massa yang jelas. 

"Di luar itu selama ini memang ada kesan kuat kegamangannya menyandang identitas yang bagi kebanyakan orang di Indonesia dikenali sebagai partai berbasis Islam. Tampak selalu canggung. Barangkali ada niat membangun image Islam toleran, moderat dan semisalnya. Namun tak mudah melihat fakta bahwa ia serius untuk itu," kata Sohibul. 

Sementara faktor lainnya kata Sohibul atas terjadi jaraknya yang terus melebar antara partai berhaluan agama seperti PPP dengan komunitas terbesar muslim di Indonesia seperti NU dan Muhamadiyah yang memilih bergabung dengan partai lainnya. 

Dengan kondisi saat ini, Sohibul pun ragu PPP dapat keluar dari keterpurukan. 

"Rewind dukungan seperti masa lalu memerlukan kajian yang menghasilkan revitalisasi menyangkut bidang yang luas.Saya agak was-was apakah PPP dalam setahun ke depan akan dapat segera melakukan ijtihad untuk keluar dari keterpurukan," tutupnya. 

(cr17/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved