Breaking News

Electrifying Lifestyle di Kampung Tenun:Konsumsi Daya Lebih Ekonomis, Produksi Ulos Pun Lebih Banyak

Berbagai program digencarkan pemerintah melalui kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan target net zero emission (NZE).

|
TRIBUN MEDAN/RISKY CAHYADI
MESIN TENUN ULOS ELEKTRIK - Sejumlah penenun menenun ulos (kain khas batak) dengan alat tenun elektrik (listrik) di Kampung Tenun Ulos di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Senin (11/12/2023). Dengan mesin tenun bantuan PT PLN itu, para penenun dapat memproduksi ulos lebih cepat dan lebih banyak, dengan tingkat kerapian yang sama dengan ulos yang diproduksi secara manual (ATBM). 

TRIBUN-MEDAN.com, SIANTAR - Pemerintah Indonesia telah berkomitmen mencapai net zero emission (NZE)/nol emisi karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat. Berbagai program digencarkan pemerintah melalui kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan target tersebut, salah satunya adalah electrifying lifestyle.

Program ini merupakan gerakan untuk mengajak masyarakat mengaplikasikan gaya hidup baru yang mengoptimalkan penggunaan peralatan listrik yang bebas emisi serta mengatasi krisis energi fosil berupa BBM dalam kehidupan sehari-hari seperti motor listrik dan kompor induksi. Gaya hidup baru ini sekaligus membangun keberlanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Electrifying lifestyle pun kini menyasar pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yakni para penenun ulos (kain tenun hasil kerajinan khas Batak) di Kampung Tenun Ulos, Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. Selain menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), para penenun di Kampung Tenun Ulos yang bergabung dalam Koperasi Siantar Ulos Sejahtera kini menggunakan mesin tenun elektrik untuk memproduksi ulos.

Kolaborasi PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumatera Utara bersama Pemerintah Kota Pematangsiantar hadir mendukung para penenun dalam mewujudkan electrifying lifestyle dengan memberikan bantuan mesin tenun elektrik. Penyerahan bantuan dilakukan pada 11 Oktober 2023 lalu di Kampung Tenun Ulos.

Ketua Koperasi Siantar Ulos Sejahtera yang juga pemilik Gebie Ulos, Morna Tamba (45) mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi bantuan yang diberikan PLN dan pihak terkait kepada para penenun di Kampung Tenun Ulos.

Dikatakannya, sebagai salah pusat tenun ulos di Kota Pematangsiantar dengan jumlah penenun mencapai ratusan orang, penggunaan mesin tenun elektrik tidak hanya mendukung program electrifying lifestyle semata, tetapi juga mendekatkan penenun kepada teknologi yang memudahkan pekerjaan sehari-hari.

“Kalau menggunakan ATBM, tangan dan kaki kami ikut bergerak menggerakkan mesin. Kalau menggunakan mesin tenun elektrik, cukup dengan menekan tombol saja, mesinnya sudah bergerak otomatis menenun ulos. Lebih mudah,” kata Morna kepada Tribun Medan.com, Rabu (27/12/2023).

Dikatakan Morna, untuk tahap awal, para penenun mendapat bantuan satu mesin tenun elektrik dan penggunaannya dioperasikan oleh Koperasi Siantar Ulos Sejahtera. “Ada penenun anggota koperasi yang memproduksi ulos dengan mesin tenun elektrik ini. Nantinya, hasil penjualan ulos akan menjadi pemasukan untuk koperasi,” terang Morna.

Meskipun sudah menggunakan mesin tenun elektrik, kata Morna, pihaknya belum akan meninggalkan mesin ATBM. Hal ini dikarenakan jumlah mesin tenun elektrik masih terbatas dan belum memungkinkan memproduksi ulos dalam jumlah yang diinginkan pasar. “Jadi, kami masih tetap menggunakan mesin ATBM untuk memenuhi permintaan pasar,” ujarnya.

Morna yang sudah menenun selama 20 tahun ini mengungkapkan, selain memudahkan pekerjaan, penggunaan mesin tenun elektrik membuat penenun dapat memproduksi ulos lebih banyak dibandingkan ATBM. Ia memberi contoh untuk ulos jenis sekata dan sadum. Jika diproduksi menggunakan ATBM, dapat menghasilkan tujuh helai ulos per penenun per hari, sedangkan menggunakan dengan mesin tenun elektrik dapat memproduksi 12 helai ulos.

“Ke depannya, kami juga akan memfokuskan memproduksi produk turunan dari ulos dengan menggunakan mesin tenun elektrik seperti kemeja, tas bekal makanan, stola (syal), dan tandok (tempat beras). Soal kerapian, ulos hasil mesin tenun elektrik sama rapinya dengan ulos hasil ATBM. Bahkan, produk turunan baju hasilnya lebih rapi dan lembut karena menggunakan benang ukuran 100 yang lebih halus,” katanya.

Meskipun menggunakan listrik, Morna mengklaim biaya yang dikeluarkan masih lebih efisien dibandingkan ATBM. Jumlah produksi ulos yang kini lebih banyak dapat menutupi konsumsi daya listrik yang digunakan. “Berdasarkan perhitungan kami, masih tetap profit walaupun harus keluar biaya untuk alokasi daya listrik,” ujarnya.

Baca juga: MKI Sumut Gelar Seminar Nasional dan Pameran Inovasi Electrifying Lifestyle Guna Wujudkan NZE 2060

General Manager PT PLN UID Sumatera Utara, Awaluddin Hafid mengatakan, mesin tenun elektrik ini menggunakan konsumsi daya listrik sebanyak 1,3 kwH untuk memproduksi satu kain ulos. “Konsumsi daya yang digunakan lebih ekonomis. Selain membantu meringankan pekerjaan penenun, jumlah ulos yang diproduksi pun lebih banyak dibandingkan ATBM,” kata Awaluddin, Rabu (11/10/2023).

Dikatakan Awaludddin, Kota Pematangsiantar memiliki potensi sebanyak 2.436 penenun ulos.

“Kami berharap, hadirnya inovasi mesin tenun elektrik dapat meningkatkan produksi penenun ulos dalam memenuhi permintaan ulos di Sumatera Utara dan daerah lainnya di Indonesia,”  ujarnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved