Dedi Iskandar Batubara

Banyak Anak Muda Alergi Politik, Dedi Iskandar Batubara: Pemilu Sebagai Uji Kecerdasan Mahasiswa

Anggota DPD RI Ustad Dedi Iskandar Batubara menyampaikan momentum pemilihan umum (pemilu) merupakan ajang para pemuda khususnya mahasiswa

|
Editor: Jefri Susetio
istimewa
Anggota DPD RI Ustad Dedi Iskandar Batubara menyampaikan momentum pemilihan umum (pemilu) merupakan ajang para pemuda khususnya mahasiswa untuk menguji nilai kritis anak muda. 

TRIBUNMEDAN.COM, MEDAN - Anggota DPD RI Ustad Dedi Iskandar Batubara menyampaikan momentum pemilihan umum (pemilu) merupakan ajang para pemuda khususnya mahasiswa untuk menguji nilai kritis anak muda.

Karena itu, harus menitikberatkan terhadap kecerdasan moral yang berkaitan erat dengan pendidikan dan politik.

"Salah satu fakta yang tidak bisa dibantah adalah    banyak masyarakat elergi terhadap politik. Berusaha memisahkan antara politik dengan urusan lain di luar politik," ujarnya kepada media.

Baca juga: Alasan Dedi Iskandar Batubara Dorong Percepatan Pemekaran Kabupaten Pantai Barat Mandailing

 

Ia menambahkan,tidak sedikit anak muda menganggap bahwa semua ranah punya garis demarkasi masing-masing. Sehingga menganggap tidak boleh mencampuradukkan dengan politik.

Selain itu, kata dia, relasi antara politik dan pendidikan yang ada berusaha memisahkan antara politik dan pendidikan.

"Biasanya selalu menyatakan bahwa education is outside politics (pendidikan berada diluar politik)" katanya.

Maka dari itu, ada lawannya yang berpendapat education and politics are inextricably linked (pendidikan dan politik terkait tanpa bisa dipisahkan).

"Kelompok pertama beralasan bahwa politik dan pendidikan merupakan dua hal yang berbeda. Keduanya dipisahkan untuk menjaga otonomi pendidikan dan profesionalitas tenaga pendidikan dari intervensi kekuasaan," ujarnya.

Lebih lanjut ia bilang kelompok kedua beralasan bahwa pendidikan merupakan wahana paling efektif untuk menanamkan ideologi negara.

Sebab, membentuk karakter masyarakat serta fakta banyak penyelenggaraan lembaga pendidikan yang bergantung pada bantuan negara.

Tidak hanya itu, cara pandang masyarakat terhadap    relasi politik dan pendidikan terjadi secara universal pada semua negara.

Dari negara yang menganut sistem demokratis hingga setia pada sistem monarki.

"Baik adidaya hingga negara berkembang dari negara liberal hingga negara yang mencantumkan agama sebagai dasar ideologinya," katanya.

Menurutnya, realitas sebenarnya wajar dan lumrah karena dua alasan. Seperti sosio historis dan idealisme profesional.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved