Berita Viral

Thailand Luncurkan Proyek Jembatan Darat, Bakal Mematikan Singapura, Habiskan Rp430 Triliun

Thailand bakal meluncurkan sebuah mega proyek jembatan darat selatan di AS bakal mematikan Singapura

|
KOLASE/TRIBUN MEDAN
Thailand bakal luncurkan sebuah mega proyek jembatan darat selatan di AS yang disebut bakal saingi Selat Malaka. 

Saat Thailand dipimpin Perdana Menteri, Thaksin Shinawatra, studi kelayakan sebenarnya sudah disetujui.

Namun kemudian realisasi di lapangan dibatalkan setelah pemerintah sipil dikudeta militer Thailand.

Hambatan lain pembangunan Terusan Kra di Thailand datang dari para politisi dan pejabat pemerintah Thailand. Mereka yang kontra menganggap, banyaknya titik dangkal di Laut Andaman dan Teluk Thailand bisa menghambat pembangunan dan lalu lintas kapal nantinya.

“Ketinggian air yang berbeda menyebabkan keterbatasan dalam konstruksi. Kanal tersebut dapat dibangun dengan lebar hanya 40-50 meter,” kata Pailin Chuchottaworn, Ketua Komite Pemerintah untuk Pengarahan Ekonomi.

Pailin bilang, besarnya biaya pembangunan terusan tak sebanding dengan manfaat yang didapatkan.

"Selain itu, kanal juga membutuhkan pintu air guna menyesuaikan tinggi permukaan air. Sementara hanya satu kapal yang boleh melewati kanal dalam satu waktu," ucap dia.

Pailin lalu membandingkannya dengan Terusan Panama yang memiliki panjang 82 km.

Menurutnya, pembangunan kanal di Panama diuntungkan dengan elevasi air serta terdapat danau alami di tengah daratan sehingga mengurangi pekerjaan penggalian.

Danau alami tersebut juga berfungsi sebagai penampungan kapal-kapal, saat pintu air di ujung pintu masuk dibuka untuk memasukan kapal lain untuk kemudian diangkat.

Kondisi alam ini tak ditemukan di Genting Kra. Kalau dibangun, Terusan Kra hanya akan bisa menampung satu kapal saja dalam satu waktu. Hal ini merupakan bentuk pemborosan.

Selain itu, Genting Kra juga berbeda dengan Terusan Panama maupun Terusan Suez. Ini lantaran jarak dari Teluk Thailand ke Selat Malaka relatif dekat.

"Menggunakan kanal (Terusan Kra) hanya menghemat waktu dua hari saja (ketimbang lewat Selat Malaka). Itu tidak cukup alasan bagi para pemilik kapal untuk mengubah rute," terang Pailin.

"Saya pikir proyek ini sangat tidak layak, tidak memperkuat daya saing Thailand atau meningkat investasi di Thailand Selatan," kata dia lagi.

Ketimbang menggali tanah untuk membuat kanal, lanjut Pailin, pihaknya lebih memilih untuk membangun jalur rel kereta api sepanjang 100 kilometer yang menghubungkan dua pelabuhan, yakni di sisi Laut Andaman dan Teluk Thailand.

(*/TRIBUN-MEDAN.com)

 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter  

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved